6. Bumi, 7 Tahun Kemudian

41 9 24
                                    

Tujuh tahun setelah Jiho menyelesaikan hukuman, Bumi.

"Yeojin ada di dalam 'kan, Ma?" Sembari mengedarkan pandangannya ke arah salah satu kamar yang ada di lantai atas, Jaehyun bertanya pada sang Mama.

"Ngapain tanya-tanya ke Mama? Biasanya juga kalau datang ngerusuhin orangnya langsung," cibir Mama. Wanita itu kemudian memicingkan mata menatap Jaehyun. "Kamu buat Yeojin marah lagi?"

Refleks, Jaehyun langsung menutup telinga dengan kedua tangannya. Tanpa memedulikan hal yang hendak dikatakan oleh Mama selanjutnya, Jaehyun bergegas pergi.

Namun, niatnya yang hendak naik ke lantai atas malah urung tatkala sosok yang dicari baru saja turun.

Langsung saja Jaehyun memamerkan senyum paling cerah pada Yeojin, sang adik yang tengah menuruni anak tangga.

Akan tetapi, senyuman cerah Jaehyun sedikit pun tak digubris oleh Yeojin. Perempuan itu melenggang pergi, meski Jaehyun terus saja memanggilnya.

Yeojin benar-benar merasa tidak senang. Melihat wajah Jaehyun pagi-pagi begini sangatlah mengganggu kehidupannya. Yeojin rasa, hari yang seharusnya dijalani dengan penuh semangat kini berubah suram. Saking suramnya, Yeojin jadi merasa malas untuk sarapan—menghabiskan makanan yang telah disediakan oleh Mama untuknya.

"Yeojin, kamu ga sarapan dulu?"

Yeojin menoleh melihat ke arah Papa yang tengah membaca artikel melalui ponsel pintar. "Enggak, Pa. Yeojin sarapan di luar aja nanti."

"Mama udah siapin bekal juga untuk kamu. Jadi jangan lupa di makan, ya, Nak," ucap Mama seraya memasukkan tupperware berwarna merah muda ke dalam tas bekal, lalu menyodorkannya pada Yeojin.

Yeojin mengambilnya sembari mengucapkan terima kasih pada Mama.

Tanpa mengindahkan keberadaan Jaehyun yang terus memanggilnya, Yeojin segera bergegas keluar rumah.

Namun, tiba-tiba saja, Jaehyun berlari mendahului  Yeojin.

Dan respons Yeojin masih sama. Ia sedikit pun tidak acuh.

Perempuan yang tengah berjalan keluar dengan sepatu hak tingginya berdecih pelan kala melihat sang kakak yang membukakan pintu mobil untuknya.

Well, demi menghemat uang, Yeojin akan menganggap Jaehyun layaknya batu kerikil.

Jaehyun menutup kembali pintu mobil usai Yeojin masuk ke dalam mobil.

Tanpa diketahui Yeojin, sudut bibir Jaehyun tampak terangkat. Lelaki itu kemudian bergegas masuk dan duduk di kursi kemudi.

Jaehyun melirik ke arah Yeojin sebentar. Memastikan bahwa sang adik telah mengenakan sabuk pengaman atau belum.

"Ngapain lirik-lirik Yeojin?" Yeojin menatap tajam Jaehyun. Ia berdecak, lalu membuang muka.

Jaehyun hanya sekadar berdeham, alih-alih meminta maaf pada adiknya itu. Kemudian, Jaehyun segera melajukan mobil dengan kecepatan di bawah rata-rata.

"Yeojin mau Kakak anterin ke mana?"

Yeojin terdiam sebentar. Perempuan itu kemudian melirik Jaehyun dengan ujung mata. Kali ini, otak Jaehyun sebelah mana lagi yang korslet?

"Ga usah sok baik. Kemaren juga asyik marahin Yeojin," ucapnya.

Jaehyun meringis. Sebenarnya, itu merupakan salah satu alasan Jaehyun jadi berkelakuan seperti sekarang ini.

Dengan suara yang nyaris tak terdengar, Jaehyun meminta maaf.

"Ngapain minta maaf kalau ujung-ujungnya tetap ngelakuin hal yang sama lagi?" Yeojin berdecak. "Berhenti, deh, berhenti!"

Jaehyun menoleh sebentar ke arah Yeojin. Ia tampak mengerutkan dahi. Tanpa melakukan hal yang dipinta Yeojin barusan, Jaehyun bertanya, "Ada apa, Yeojin? Ada yang ketinggalan?"

Scintilla Amoris II (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang