"Jadi sejak kapan kakakmu itu punya pacar baru? Dan kenapa ga kasih tau Mama?" tanya Mama. Raut wajah Mama seketika berubah muram. "Mama beneran kecewa banget sama kamu, Yeojin. Mama kira kamu peduli sama Mama. Rupanya selama ini, cuma Mama doang yang peduli sama kamu."
Yeojin meringis. Melihat ekspresi Mama yang seperti itu, Yeojin jadi gelagapan. Jika dipikir-pikir lagi, bagaimana bisa Jiho mengkambinghitamkan namanya?
"Mama lebay banget, deh," celetuk Papa. Yang mana pria itu tampak taksanggup melihat tingkah ke-absurd-an sang istri. "Lagian Jaehyun udah gede juga. Bukan lagi anak-anak. Jaehyun udah bisa jadi bapaknya anak-anak. Jadi wajar aja kalau Jaehyun sampe ngelakuin—ehm, maksud Papa, wajar aja kalau ...." Papa mendadak diam. Pria dengan penampilan yang super klimis itu malah bingung harus meralat kalimatnya seperti apa. Alhasil, Papa pun memilih untuk tetap diam, lalu memberi isyarat pada Yeojin untuk tidak perlu terlalu meladeni kelakuan sang istri.
"Mama jangan khawatir. Kak Jiho orangnya baik, kok. Baik banget malah. Pas Yeojin sakit, Kak Jiho juga—"
"Kamu kapan sakitnya, Yeojin?" Mama nyaris berteriak. "Kenapa ga kasih tau Mama pas lagi sakit?"
Yeojin kembali meringis. Sebenarnya, sakit yang dimaksud oleh Yeojin adalah sakit yang menimpanya bertahun-tahun yang lalu. Sementara belakangan ini, ia merasa sehat-sehat saja. Terlebih lagi dengan keberadaan Jiho dan para mediocris lainnya, Yeojin merasa bahwa hidupnya nyaris sempurna.
"Lihat, Pa. Anak-anak kita udah pada pinter bohong. Padahal dulu—"
"Sayang, ya ampun ... Yeojin tahun ini umurnya udah 22 tahun. Dan Jaehyun 29 tahun. Jadi kalau Mama maunya mereka tetap baik hati dan selalu jujur, mending ...,"
Jaehyun, bagian dari keluarga mereka yang sedari tadi hanya sekadar menyimak saja, mengantisipasi kalimat yang akan terdengar selanjutnya. Ia beringsut mendekati Yeojin lalu menutup kedua telinga Yeojin.
"Mending kita buat anak lagi aja, Ma."
Tuh, 'kan.
Orang tuanya itu tiap kali mesra-mesraan memang tidak pernah lihat tempat.
Jaehyun menghela napas, lalu menjauhkan kedua tangannya dari telinga Yeojin.
"Yeojin, kamu ga ada rencana mau main sama temen-temen kamu?" tanya Jaehyun dengan suara yang cukup pelan.
Yeojin terdiam sebentar. Teman? Belakangan ini yang menemani kesehariannya hanyalah Jiho, serta para mediocris. Ia beralih melirik arloji yang ada di pergelangan tangan. Jarum jam menunjukkan pukul 6 sore. Khusus di awal pekan, Mediocris Jewelry selalu tutup lebih awal. Otomatis, Yoobin, Minghao, dan Eunwoo pasti telah kembali menuju Mediocris Villa.
"Yeojin mau mampir ke toserbanya Kak Winwin aja, deh, Kak," sahut Yeojin. Ia berinisiatif berdiri dari duduknya. Lalu melirik ke arah Papa dan Mama yang entah sejak kapan mulai membahas soal Perusahaan. Yang pastinya, Yeojin sama sekali tidak mengerti ke arah mana obrolan orang tuanya itu. "Pa, Ma. Kak Jaehyun mau jemput Kak Jiho di tempat kerjanya. Jadi tolong biarin Kak Jaehyun pergi, ya," pinta Yeojin.
Jaehyun membelalak. Adiknya itu benar-benar ....
Berbeda dengan Papa yang langsung mengangguk, Mama malah menatap Jaehyun dengan tatapan bengis. "Anak orang jangan sampe kamu apa-apain. Paham?"
Jaehyun terdiam sebentar. Sembari berdiri dari duduknya ia menyahut, "Iya, Ma. Paham banget, kok."
Yeojin diam-diam tersenyum. Rencananya kali ini berhasil dengan mulus. Tetapi, ada satu hal yang membuatnya berpikir bahwa rencananya itu belum sepenuhnya berhasil. "Mama."
"Ada apa, Yeojin?"
"Itu ... Kak Jiho bukan anak orang. Tapi pacarnya Kak Jaehyun. Calon kakak iparnya Yeojin. Sekaligus calon menantunya Mama sama Papa," ungkap Yeojin. Well, setidaknya kali ini Yeojin memang tidak berbohong. Jiho memang bukan anak orang. Melainkan anak mediocris. Dalam artian, Jiho dilahirkan oleh mediocris. Bukan manusia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scintilla Amoris II (Completed)
FantasyBegitu kembali ke Mediocris Villa dengan industria yang berhasil diserap, keseharian Kim Jiho sebagai aqua mediocris mulai berubah. Kim Jiho bukan lagi mediocris paling lemah di antara aqua mediocris dalam kasta Palatium. Industria yang diserapnya m...