15. Membalikkan Keadaan

37 11 7
                                    

"Aku rasa, hubungan kita harus berakhir sekarang juga. Aku bisa terima semua kekurangan kamu. Tapi enggak dengan yang ini. Selama dua tahun kita pacaran, kamu—" Kalimat yang hendak dilontarkan Jaehyun seolah tertelan kembali ketika Chaeyeon tiba-tiba saja memegang tangannya. Dahi Jaehyun tampak berkerut. Ia melirik ke arah tangan kanannya yang dipegang Chaeyeon, lalu kembali menatap Chaeyeon.

"Kita udah beli cincin dan siapin surat undangannya. Kita juga udah kasih tau ke orang-orang kalau akhir bulan ini kita bakalan nikah. Dan waktunya udah ga lama lagi," ujar Chaeyeon.

Jaehyun menjauhkan tangannya dari Chaeyeon lalu mengalihkan atensi. Melihat ke arah orang-orang yang terus berdatangan dari pintu masuk Restoran.

"Sayang, progres pernikahan kita tinggal sedikit lagi. Tolong jangan dengerin apa yang orang lain bilang tentang hubungan kita ...," ujar Chaeyeon lirih.

Jaehyun menghela napas lalu menyugar rambutnya ke belakang. Kemudian, ia beralih meneguk Latte yang dipesan olehnya lalu kembali menatap Chaeyeon.

"Batal nikah itu bukan hal yang memalukan bagiku, Chaeyeon," balas Jaehyun. Ia lagi-lagi menghela napasnya. "Dan juga, aku tau kalau foto itu masih belum semuanya. Aku tau kalau kamu bukan cuma main di belakang aku. Aku tau kalau kamu ...." Jaehyun tiba-tiba terdiam. Ia memegangi kepalanya yang terasa pusing. Dengan penglihatan yang kian memburam, Jaehyun samar-samar melihat Chaeyeon yang baru saja tersenyum menyeringai.

"Aku ga bisa ngebiarin kamu pergi gitu aja, Sayang."

💧💝💧

"Bu ... Ibu gapapa?"

Tiba-tiba saja Jiho merasakan sesak di dadanya. Napas Jiho tampak tersengal. Dalam waktu yang amat singkat, tubuh perempuan itu langsung luruh ke lantai.

Pelanggan yang baru saja menanyakan keadaan Jiho bergegas merunduk seraya merangkul tubuh Jiho.

"Bu—"

"Jiho?!"

Si pelanggan tersebut menoleh melihat ke arah Yoobin yang baru saja memekik.

Atensi orang-orang yang ada di sana pun ikut teralihkan ke arah Jiho.

Selagi Yoobin sibuk membawa Jiho untuk masuk ke dalam ruang pribadi mereka, Eunwoo dan Gyuri berusaha sebaik mungkin untuk mengalihkan atensi para pelanggan. Sementara Minghao bergegas menolong Yoobin, agar Jiho tidak lagi menjadi pusat perhatian para pelanggan.

Setibanya di dalam ruangan, Minghao langsung mengunci pintu tersebut dengan vi yang dimiliki.

"Sebenarnya apa yang dilakukan Jung Jaehyun malam hari seperti ini?" Minghao berdecak. Raut wajah saltus mediocris itu terlihat begitu tak bersahabat. "Aku akan mencari tahu apa yang dilakukannya. Jika kondisi Jiho tidak juga membaik, kita terpaksa harus ikut campur dalam urusan manusia." Seketika, Minghao langsung menghilang dari sana.

Sementara itu, Yoobin berdecih dan menatap sinis pada Jiho.

Ketika ia tidak sengaja memegang tangan Jiho, Yoobin melihat jelas hal apa yang menjadi impian Jiho. Yang mana impian tersebut merupakan impian yang sangat ingin dilupakan oleh Jiho.

"Andai saja kamu tidak menjadi manusia, aku pasti tidak akan menahan diri untuk menghabisimu," ucap Yoobin. Ia beralih duduk di sebelah Jiho yang masih saja terus menahan rasa sakit. Yoobin sama sekali tidak dapat menerka, kira-kira separah apakah rasa sakit yang Jiho rasakan kali ini. "Aku tidak bisa menggunakan industria yang kupunya untuk menyembuhkanmu, Jiho," ujar Yoobin.

"Tolong ambilkan obat ...," pinta Jiho.

Yoobin menautkan alis menatap Jiho.

"Obat ... di laci ...."

Scintilla Amoris II (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang