"Yoobin bilang, kamu sakit. Jadinya aku mutusin buat mampir dulu sebelum pulang," ucap Gyuri.
Jiho mengangguk beberapa kali. Lebih dari apapun, Jiho sangat ingin menyahut ucapan Gyuri. Akan tetapi, hidungnya masih saja terasa gatal sejak tadi.
Jiho menutup hidungnya dengan lengan blus yang dikenakan. Ia menyingkirkan tubuh dari ambang pintu, dan mempersilakan Gyuri masuk dengan gerakan isyarat. Ah, tidak lupa pula Jiho mempersilakan gadis kecil yang ikut bersama Gyuri untuk masuk.
Begitu Gyuri dan Hanna masuk, hal yang mengganggu Jiho sedari tadi seketika berakhir. Perempuan itu bersin.
"Mama jangan dekat-dekat Tante jahat itu. Nanti bersinnya menular," ucap Hanna seraya menarik tangan Gyuri, memaksa Gyuri untuk berdiri jauh dari Jiho.
Namun, dibandingkan melakukan hal yang dipinta Hanna, Gyuri hanya menjauhkan Hanna saja. Sementara ia malah beranjak mendekati Jiho.
"Gyul, berhenti!" Jiho memberi tanda berhenti dengan tangannya. Secara otomatis, ia menjauhi Gyuri. "Hanna bener. Kamu jangan dekat-dekat aku. Nanti penyakitnya nular."
Gyuri mengerutkan dahi menatap Jiho. "Jiho, barusan kamu panggil aku Gyul?"
Mendengar pertanyaan yang baru saja diajukan Gyuri, Jiho bergeming. Perempuan itu kemudian meringis. Menyadari bahwa Gyuri yang saat ini hanya sebatas rekan kerjanya saja.
Ia ingin menyahut—mencoba memberikan alasan yang cukup masuk akal kepada Gyuri.
Akan tetapi ketika Gyuri tiba-tiba saja tertawa, Jiho memutuskan untuk menunda niatnya tersebut.
"Aku kira Yeojin bohong soal kamu sama Jaehyun pacaran," celetuk Gyuri. "Rupanya Yeojin bener. Kalian memang pacaran. Satu-satunya orang yang panggil aku Gyul, ya, cuma Jaehyun— eh, Winwin juga, sih."
Jiho tersenyum malu-malu sewaktu Gyuri masih saja tertawa.
"Tante, ini ...,"
Jiho menoleh melihat ke arah Hanna yang menyodorkan sebuah kantong plastik transparan berisi buah-buahan.
"Yoobin bilang kamu suka apel," ujar Gyuri seraya memamerkan senyumnya.
Alis Jiho tampak tertaut. Untuk sesaat, ia sempat terbelalak. "Yoobin bohong. Ini kesukaannya dia," ucap Jiho. Perempuan itu tergelak. Bahkan tanpa bertanya langsung pada Yoobin, Jiho cukup tahu niat terselubung Yoobin. "Berhubung ini kesukaannya Yoobin, aku mesti habisin apel-apel ini sekarang juga. Sebelum Yoobin datang ke sini."
Jiho mengajak Gyuri dan Hanna untuk duduk di ruang tamu. Sementara ia beranjak ke dapur.
"Hanna tunggu di sini sebentar, ya. Mama mau ngobrol dulu sama Tante Jiho," ucap Gyuri.
"Jangan lama-lama, ya, Mama. Hanna mau cepat pulang," ujar Hanna. Yang langsung direspons dengan anggukan oleh Gyuri.
Gyuri pun bergegas beranjak ke arah dapur.
"Biar aku aja yang kupas kulitnya, Jiho," ujar Gyuri. Ia menarik kursi yang ada di hadapan Jiho lalu mengambil alih pisau yang dipegang Jiho.
Jiho mengucapkan terima kasih pada Gyuri. Kemudian, ia memundurkan kursi yang diduduki hingga jaraknya dengan Gyuri kian menjauh.
Melihat hal itu, Gyuri tertawa cukup lebar. Ia amat mengetahui bahwa tujuan Jiho melakukan hal itu adalah untuk meminimalisir penularan demam, serta pilek yang menyerang Jiho padanya. Dalam artian yang lebih sederhana, Jiho tidak ingin Gyuri tertular hingga membuat Hanna ikut tertular dari Gyuri.
"Omong-omong, maaf, ya, Jiho. Karena aku ga jujur soal aku udah punya anak," celetuk Gyuri, tanpa melihat ke arah Jiho. Sementara tangannya tampak sibuk mengupas kulit apel tersebut. Tetapi sesaat kemudian, ia menoleh menatap Jiho yang duduk jauh darinya. "Aku ... boleh tau ga alasan kenapa kamu masih pertahanin aku kerja di Mediocris Jewelry?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Scintilla Amoris II (Completed)
FantasiaBegitu kembali ke Mediocris Villa dengan industria yang berhasil diserap, keseharian Kim Jiho sebagai aqua mediocris mulai berubah. Kim Jiho bukan lagi mediocris paling lemah di antara aqua mediocris dalam kasta Palatium. Industria yang diserapnya m...