"Pantas saja kamu suka. Rupanya manusia yang kamu sukai, memiliki aura positif yang cukup kuat. Pilihan kamu untuk menjadi manusia tidak salah, Nak," ucap Mama.
Baru saja, keluarga Jaehyun datang ke rumah yang ditinggali Jiho saat ini. Sebenarnya baik papa atau mamanya Jaehyun, tidak memiliki alasan khusus untuk datang. Mereka hanya sekadar berkunjung saja. Lagi pula, selama ini hanya Jiho yang selalu berkunjung ke rumah orang tuanya Jaehyun.
"Nyonya Shin akan kembali sekarang?"
Nyonya Shin, mamanya Jiho menoleh ke arah Minghao.
"Tidak dulu. Aku ingin mengobrol lebih lama dengan calon menantuku," sahutnya lalu melirik ke arah Jiho yang tampak tersipu. "Jung Jaehyun masih ada di depan, bukan?"
"Bukankah Jung Jaehyun dan keluarganya sudah pergi dari tadi?" Doyoung menyahut.
"Hanya keluarganya saja. Sedangkan Jaehyun masih menunggu Jiho di depan. Mungkin untuk berpamitan, sekaligus melepas rindu. Karena mereka tidak bertemu selama satu bulan lamanya," jelas Minghao. "Ah, tentu saja itu satu bulan berdasarkan waktu di Bumi."
"Kenapa tidak kamu ajak masuk lagi, Nak?" tanya Mama. "Mama masih ingin mengobrol dengan Jung Jaehyun. Bukankah Jung Jaehyun mengetahui identitas asli kamu? Mama rasa, pasti akan menyenangkan untuk mengobrol dengannya."
Mendengar rentetan kalimat yang diucapkan Mama, Doyoung berdecih pelan. "Kenapa tidak Mama ajak ke Aquam Mediocris Domus saja sekalian?"
"Andai saja bisa, pasti sudah Mama lakukan."
Doyoung terperangah, tidak percaya bahwa Mama akan menanggapi kalimatnya dengan serius.
Ditengah keributan keluarga itu, Minghao diam-diam beranjak pergi. Niatnya adalah mengajak Jaehyun untuk kembali masuk.
Well, Minghao tidak peduli jika setelah ini Jiho akan mengomelinya lagi.
"Nyonya Shin masih ingin mengobrol denganmu," celetuk Minghao pada Jaehyun yang terlihat sibuk memainkan ponselnya.
Jaehyun menoleh. "Mama?" tanyanya.
Minghao mengangguk takpeduli. "Segeralah masuk. Sebelum Nyonya Shin berubah pikiran untuk men—ah, aku sedang tidak boleh mengatakan kalimat yang seperti itu."
Jaehyun terkesiap sewaktu mediocris bernama Xu Minghao itu tiba-tiba saja menghilang dari pandangannya. Ia menghela napas. Sepertinya, Jaehyun masih membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupan Jiho yang benar-benar ajaib.
Lelaki dengan setelan jas berwarna hitam itu bergegas beranjak dari sana. Ia kian mempercepat langkah kala melihat Jiho yang tampak menunggunya di depan pintu.
Melihat Jaehyun yang kembali, Jiho sudah dapat menebak—itu pasti ulahnya Minghao. Semenjak bergaul dengan Eunwoo dan Yoobin, Minghao yang baik hati entah lenyap ke mana. Ia berdecak pelan. Tetapi tatkala Jaehyun berdiri tepat di hadapannya, raut wajah Jiho berubah cerah. Ia meraih menggenggam tangan Jaehyun dan segera mengajaknya masuk ke dalam.
Begitu masuk, ia disambut dengan hangat. Persis seperti saat ia datang bersama keluarganya tadi. Ah, pengecualian untuk kakaknya Jiho. Kim Doyoung ... hanya menyambutnya dengan hangat saat ia datang bersama dengan keluarganya saja.
"Jadi, kapan kamu berencana untuk menikah dengan putri Mama?"
Jaehyun mendadak terbatuk. Otaknya yang masih bekerja—memikirkan cara untuk menyenangkan calon kakak iparnya itu malah hancur seketika. Ia beralih menatap Mama yang duduk di hadapannya. "Secepatnya, Ma."
Mama tersenyum. Tatapan wanita itu terlihat begitu berbinar. "Harus cepat, ya. Kasihan Jiho tidak ada teman di rumah yang sebesar ini," ucap Mama. "Lagi pula, kamu kenapa membeli rumah yang sebesar ini, Jiho?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Scintilla Amoris II (Completed)
FantasiBegitu kembali ke Mediocris Villa dengan industria yang berhasil diserap, keseharian Kim Jiho sebagai aqua mediocris mulai berubah. Kim Jiho bukan lagi mediocris paling lemah di antara aqua mediocris dalam kasta Palatium. Industria yang diserapnya m...