27. Xiaoli, Mediocris, dan Hanna

29 11 6
                                    

"Habis ini kamu balik ke Kantor lagi, Jae?" tanya Jiho dengan suara yang cukup pelan.

Jaehyun mengangguk. "Kamu? Mau aku antar pulang atau ke toko?"

Jiho melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Jarum jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Dan satu jam lagi merupakan waktunya Mediocris Jewelry tutup. "Pulang aja. Nanti aku minta bantuan Yoobin buat tutup tokonya."

"Nanti malam kamu ada rencana?"

"Ga ada," sahut Jiho seraya menggeleng. Selain menghabiskan waktu dengan mengobrol bersama Yoobin, Minghao, dan Eunwoo ... tidak ada hal lain lagi yang dilakukan Jiho. Bahkan ada kalanya, Jiho menghabiskan waktunya tanpa ditemani oleh siapapun.

"Kita kencan, ya?"

Jiho tertawa pelan lalu mengangguk.

Usai melihat respons Jiho, Jaehyun menaikkan sudut bibirnya.

"Winwin bener. Xiaoli sama sekali ga rewel," celetuk Jiho seraya memperhatikan Xiaoli yang terlelap di kasur.

Hal itu membuat Jaehyun ikut melihat ke arah Xiaoli. Jaehyun sendiri sudah lama mengetahui fakta tersebut. Xiaoli memang tidak rewel. Mungkin apa yang dikatakan Winwin sepenuhnya benar, tidak hanya setengah. Sebab, mula-mula ia menjalin hubungan pertemanan dengan Winwin, Winwin memang cukup pendiam. Itu jelas berbeda dengan Winwin yang saat ini.

"Aku juga ga rewel, kok. Jadi nanti kalau kita punya anak, pasti bakalan kalem juga," gurau Jaehyun.

Alih-alih tertawa lepas, lelaki itu hanya menunjukkan tawa konyolnya saja.

Bagaimanapun juga, Xiaoli tidak boleh terjaga dari tidurnya.

Sementara itu, Jiho langsung menatapnya dengan sinis. Menurut Jiho, hari ini sikap Jaehyun luar biasa aneh. Itu tidak seperti Jaehyun yang tidak rewel, yang seperti selama ini dikenal—setelah terpisah selama tujuh tahun.

"Kamu kira aku mau punya anak sama kamu?" Jiho mendelik.

"Mau, lah. Memangnya kalau bukan sama aku, kamu mau punya anak sama siapa lagi?" Jaehyun tersenyum menggoda.

Begitu melihat semburat kemerah-merahan yang tampak di kedua sisi pipi Jiho, Jaehyun benar-benar menggeram. Kenapa Jiho-nya harus semenggemaskan itu?

"Sama Minghao!" seru Jiho. Ia memelotot menatap Jaehyun.

"Memangnya Minghao mau sama kamu?"

Jiho berdecak pelan. Rasanya tidak menyenangkan jika ia kalah dalam pertarungan adu mulut ini.

Jiho tidak suka melihat Jaehyun yang masih saja mentertawakannya. Lagi, ia berdecak. Bukankah seharusnya Jaehyun merasa cemburu? Persis seperti kejadian beberapa hari yang lalu.

Akan tetapi, Jiho memutuskan untuk membuang muka. Ia memilih untuk fokus melihat Xiaoli yang terlelap.

Jiho spontan menoleh menatap tajam Jaehyun tatkala lelaki itu memeluknya dari samping.

Namun, tiba-tiba saja Jiho terperanjat. Itu karena Jaehyun yang baru saja menyentil dahinya.

"Jaehyuuun! Ada Xiaoli." Jiho mendorong kuat Jaehyun. Buru-buru ia berpindah ke sebelah Xiaoli.

"Berarti kalau ga ada Xiaoli aku boleh kayak tadi?"

Jiho mencebikkan bibir. Melihat Jaehyun yang terlihat puas usai mengerjainya, Jiho jadi punya pikiran untuk membalas penghinaan yang diterimanya.

💧💝💧

"Tidak perlu berlebihan seperti itu, Kim Jiho. Kalian hanya batal berkencan. Bukannya batal menikah."

Scintilla Amoris II (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang