Jaehyun memijit pangkal hidungnya, ia merasa pusing tiap kali sekelebat ingatan melintas di ingatannya.
"Bapak baik-baik saja?"
Jaehyun mengangguk tanpa menoleh sebentar pun ke arah Rose. Tangannya bergerak mengambil berkas-berkas yang baru saja diletakkan Rose ke meja.
Melihat rentetan kalimat yang tertera di setiap halaman tersebut, malah membuat Jaehyun merasa mual dan tambah pusing.
"Biar saya saja yang memeriksanya, Pak," ucap Rose sembari mengambil kembali berkas yang masih dipegang Jaehyun.
Jaehyun mengucapkan terima kasih. Kemudian, ia menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.
"Padahal kondisi Bapak masih belum membaik. Kenapa tidak ambil cuti saja? Bahkan kemarin pun Bapak hanya pulang sebentar."
Jaehyun memijit pelipisnya usai melirik ke arah Rose. Omelan seperti itu sudah cukup sering didengar Jaehyun dari sekretarisnya yang terlalu patuh dengan peraturan.
Apa yang dikatakan Rose memang benar. Kemarin, Jaehyun hanya meninggalkan kantor sebentar saja. Setelah Jiho pergi dari apartemen, Jaehyun memutuskan untuk kembali bekerja. Alih-alih melanjutkan waktu istirahatnya.
"Aku akan mengambil cuti panjang saat menikah nanti. Jadi tidak perlu mengkhawatirkan kondisiku. Cukup fokus saja pada pekerjaanmu," ucap Jaehyun.
Rose berdecih pelan. "Dengan sifat Pak Jaehyun yang seperti itu, saya merasa ragu akan ada perempuan yang jatuh hati pada Bapak," cibir Rose.
Setelah mengatai atasannya sendiri, Rose buru-buru keluar sembari membawa pergi berkas yang hendak diperiksa.
Jaehyun berdecak kesal. Memangnya tahu apa Rose tentang kehidupan pribadinya?
Namun, tatkala pintu ruangannya ditutup, Jaehyun mengumpat pelan. Kalimat seperti itu merupakan kalimat yang sering dilontarkan oleh Winwin dan Gyuri padanya. Memangnya, apa yang salah dengan sifatnya?
Jaehyun beralih membuka laci meja. Ia mengambil sebuah buku dari dalam sana.
Pagi tadi, sebelum mengantarkan koper yang berisi barang-barang Nenek pada Mama, Jaehyun sempat memeriksa isi koper tersebut. Kala mendapati sebuah buku—yang mana buku tersebut sempat dijadikan oleh Nenek sebagai catatan sebelum ingatan Nenek kian memudar ... Jaehyun pun langsung mengambil dan menyimpan untuk dirinya sendiri.
Sejujurnya, ia sudah membaca semua hal yang ditulis Nenek di buku tersebut. Baik sebelum ingatan Nenek memudar, ataupun setelahnya. Pada saat demensia yang diidap Nenek semakin parah.
Cucu baru Nenek, Kim Jiho.
Jaehyun menghela napas usai membaca sepenggal kalimat yang ditulis Nenek.
Entah siapa Kim Jiho yang dimaksud Nenek, tapi entah mengapa, Jaehyun merasa familier dengan Kim Jiho tersebut.
Hari ini Nenek juga ketemu Jiho. Nak Jiho, Nenek baik-baik aja. Tapi Jaehyun lagi ga baik-baik aja.
Pagi tadi, setelah membaca kembali semua hal yang ditulis Nenek, Jaehyun tiba-tiba teringat akan suatu hal. Yang mana ketika Nenek dirawat di Rumah Sakit, Nenek cukup sering membahas tentang sosok yang bernama Kim Jiho. Hanya dengannya.
Jujur saja, Jaehyun tidak terlalu menghiraukan tiap hal yang dikatakan oleh Nenek. Jaehyun beranggapan bahwa Nenek hanya sekadar melantur saja. Hal itulah yang membuat Jaehyun tidak terlalu ingat dengan sosok Kim Jiho yang sering Nenek ceritakan.
Setelah diingat-ingat lagi, sosok Kim Jiho yang diceritakan oleh Nenek tidak jauh beda dengan Kim Jiho yang ditemui olehnya.
Seketika, Jaehyun terperanjat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scintilla Amoris II (Completed)
FantasiBegitu kembali ke Mediocris Villa dengan industria yang berhasil diserap, keseharian Kim Jiho sebagai aqua mediocris mulai berubah. Kim Jiho bukan lagi mediocris paling lemah di antara aqua mediocris dalam kasta Palatium. Industria yang diserapnya m...