22. Rumah Nenek

47 11 23
                                    

Jiho sempat bergeming ketika ia mulai menginjakkan kaki ke rumah yang sempat ditinggali olehnya dulu—tujuh tahun yang lalu.

"Ini sebenarnya rumah Nenek. Dulu aku pernah tinggal di rumah ini sama Nenek," ucap Jaehyun, seraya membuka pintu rumah yang terkunci. Ia kemudian menatap Jiho yang berdiri di sebelahnya. "Gyul—maksudku, Gyuri sama Kak Ten juga pernah tinggal di sini. Em, Yeojin pernah kasih tau ke kamu kalau aku sama Gyuri temenan dari kecil, 'kan?"

Jiho terdiam sebentar. Untuk satu hal itu, Jiho sudah mendengarnya lebih dulu dari Jaehyun sendiri—dulu. Dan Yeojin sama sekali tidak pernah membahas soal pertemanan Jaehyun dengan Gyuri. Kendati demikian, Jiho tetap mengangguk, lalu mengikuti langkah Jaehyun untuk masuk ke dalam rumah Nenek usai Jaehyun mempersilakannya masuk.

"Semenjak Nenek ga ada, rumah ini ga ada lagi yang tempati. Walaupun begitu, Papa secara khusus pekerjain orang buat ngebersihin rumah ini. Anyway, mungkin suatu saat nanti, rumah ini bakalan keisi lagi—eh? Maaf, ya. Aku malah keasyikan curhat."

Jiho tersenyum menanggapi. Ia mengatakan bahwa dirinya malah senang mendengar perihal yang diceritakan oleh Jaehyun barusan.

"Tunggu sebentar, ya, Jiho. Tadi Mama nyuruh ambilin koper—barang punya Nenek yang masih ada di sini."

Jiho mengangguk. Ketika Jaehyun hendak beranjak, ia berujar, "Jae, aku boleh liat-liat di sekitaran rumah ini ga?"

"Boleh."

Setelah itu, Jaehyun beranjak meninggalkan Jiho. Sementara Jiho mulai berkeliling, melihat-lihat beberapa bingkai foto yang masih menempel di dinding.

Seulas senyuman tercetak jelas di bibirnya tatkala melihat foto kebersamaan Nenek dengan Jaehyun. Di sebelah foto itu, juga terdapat foto Nenek yang sepertinya sedang mengomeli Jaehyun dan Ten. Dan mungkin yang memotret adegan tersebut adalah Gyuri. Barulah di bagian bawah, terdapat foto Nenek yang duduk di kursi roda. Di sebelah kanan Nenek terlihat Yeojin yang memegang erat tangan Hanna yang terlihat linglung. Sementara di seberangnya, terlihat Gyuri yang memeluk Nenek sembari tersenyum.

Puas dengan hal itu, Jiho pun beranjak keluar rumah.

Ia berjalan ke arah kolam—yang mana itu merupakan tempat yang sangat membekas dalam ingatannya.

Menurut Jiho, tidak ada yang benar-benar berubah tentang kolam itu. Bahkan meski rumah Nenek tidak lagi ditinggali oleh siapapun, air di kolam tersebut masih terisi penuh. Well, mungkin pekerja yang dimaksud Jaehyun tadi-lah yang mengurusnya.

Jiho berjalan di bagian tepi kolam. Sesekali perempuan itu mencelupkan kakinya ke dalam kolam, tanpa melepaskan sepatu hak tinggi yang dikenakan.

Itu membuatnya kian teringat akan masa lalu. Dulu, sering sekali Jiho melakukan aktivitas yang seperti ini. Pun, di kolam ini pula Jiho pertama kali menemukan sumber industrua-nya.

"Jiho."

Jiho menoleh—melihat ke arah Jaehyun yang baru saja memanggilnya. Ia tersenyum. Kedatangan Jaehyun entah mengapa membuatnya merasa gembira. Alhasil, karena terlalu larut dalam perasaanya, Jiho malah hilang keseimbangan—kakinya tergelincir, perempuan itu jatuh—tenggelam di dalam kolam.

Jaehyun membelalak. Buru-buru ia berlari ke arah kolam.

Jika dipikir-pikir lagi, keberadaan kolam itu memang cukup meresahkan. Harusnya ketika Papa hendak menutup kolam tersebut, Jaehyun mengizinkannya—alih-alih melarang dengan alasan bahwa ia mulai hobi berenang.

Ia ingat betul, bahwa dulu ... dulu sekali ia pernah tenggelam di kolam itu. Nyawanya nyaris terenggut, jika saja ia tidak langsung ditolong.

Setelah melepas sepatunya, Jaehyun bergegas lompat ke dalam kolam.

Scintilla Amoris II (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang