enam

283 35 5
                                    

Haruto saat ini sedang menyuapi mashiho makan bubur. Suasana kamar inap mashiho terasa sangat hening, tidak terdengar suara sedikitpun dari haruto dan mashiho, mereka seolah sedang mengikuti lomba silent, tidak saling bersuara tidak saling melihat. Mashiho hanya melihat lurus  memperhatikan dinding kamar inapnya yang seluruhnya putih, sedangkan haruto hanya melihat kearah mashiho saat ingin menyendokkan bubur kemulut mashiho.

Sebenarnya hal ini sudah sejak dari 3 hari yang lalu, sejak mashiho sadar dari 18jam pingsannya. Akibat jatuh beberapa hari lalu mashiho mengalami geger otak ringan jadi masih perlu dirawat. Entah sejak kapan mereka tidak saling bicara, mungkin saat haruto kecewa karena saat sadar dari pingsannya mashiho malah menangis mencari jihoon, padahal haruto sudah menungguinya sadar sampai tidak tidur. Entah lah haruto merasa sedikit sakit hati saat mashiho malah mencari orang lain padahal jelas-jelas dia ada didepannya. Sejak saat itu haruto lebih memilih diam, sedangkan mashiho hanya mengikuti arus aja, haruto diam dia juga diam.

Haruto yang sudah berdiri karena mashiho sudah selesai makan dan minum berhenti karena dia merasa ujung baju belakangnya ditarik, dia menoleh dan melihat tangan mashiho  memegang bajunya, tapi langsung dilepas saat dia menoleh kearah mashiho, akhirnya harutopun kembali beranjak menuju sofa dikamar VIP mashiho tidak peduli apa sebenarnya yang ingin dikatakan mashiho.

Haruto membaringkan tubuhnya, tidur telentang dengan lengan kanannya diatas dahinya sambil dia memejamkan matanya. Mashiho sedikit takut-takut melihat kearah haruto namun dia menarik nafas lega saat melihat haruto memejamkan matanya.

Mashiho sebenarnya bingung kenapa haruto diam-diam aja, dia lebih suka haruto yang selalu ngajak ribut, "wahhh.. tampan" mashiho terkagum-kagum melihat wajah tampan haruto, pahatan yang sangat sempurna.

"Haru...." Mashiho memanggil haru dengan lembut setelah dia menyadarkan dirinya sendiri untuk tidak terpesona dengan wajah tampan haruto.

"Haruuu.." Mashiho yang kesal karena panggilannya tidak di sahut membuat dia melemparkan bantal kearah haruto dan tepat mengenai wajahnya.

"Apaan sih lu.." teriak haruto yang sudah terduduk karena kaget, dia melihat marah ke arah mashiho.

" Ya lue gw panggilin ga nyahut."

"Lu ga punya mata? Ga bisa lihat kalau gw tidur?"

"Lu berbaringnya baru 5 menit yang lalu."

"So?"

"Ya kali lu udah langsung tidur. Lue kenapa sih? Diam ga jelas" Mashiho yang sedari tadi berbicara dengan pelan kini mulai meninggikan suaranya, apalagi saat melihat haruto hendak beranjak meninggalkan nya.

"Bukan urusan lu."

"Lu mau kemana?"

"Bukan urusan luuuu. Lu juga kelihatannya udah sembuh, udah bisa teriak-teriak gitu" Jawab haruto sarkas sambil melangkah kearah pintu kamar mashiho.

"Tolong jenguk ibu gw." Kata mashiho kini dengan suara sudah kembali lembut yang membuat haruto berbalik lagi melihat kearah mashiho.

"Idih ngapain.." kata haruto dengan wajah sinisnya.

"Dasar sialan lu ya, lua ga pernah jenguk dia sekalipun."

"Dia bukan siapa-siapa gw, ngapain gw jenguk."

Mashiho menjadi emosi mendengar ucapan haruto, dia memaksakan diri untuk berdiri dan berjalan gontai kearah haruto.

"Dia mertua lue bangsat, kalau gw bisa gw juga ga akan minta lu jenguk." Mashiho semakin berteriak tepat didepan wajah haruto.

"Lue baru nginget ibu lu sekarang? Siapa suruh beberapa hari ini lue kayak orang gila mikirin mantan lu itu sampai akhirnya lu jatuh dan dirawat disini?" Haruto tidak kalah teriaknya, untung saja kamar mashiho kamar VIP jadi tidak akan ada yang mendengar teriakan mereka dari luar.

✓ One step closer (Mashiruto, Harushiho)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang