dua puluh lima

123 15 5
                                    

Jeongwoo duduk dengan sikutnya menumpu di lututnya, sedangkan kedua tangannya yang jarinya saling bertautan sekarang sedang bertumpu dikeningnya. Dia terlihat sangat khawatir dan gelisah saat ini.

Dia ingat beberapa hari yang lalu, tepat setelah pertemuannya dengan Haruto dan sahabat-sahabat mereka dia mendapat telepon dari mashiho, lebih tepatnya dari nomor lama mashiho yang dia gunakan saat dulu.

"Hallo mashi? Dimana? Aku nyariin kamu. Kenapa ga bisa ditelepon?"

Jeongwoo lega, mendapat telepon dari mashiho karena jujur dia sangat menghawatirkan mashiho saat dia mendengar junkyu mengatakan kalau dia memberitahukan  dia hamil anak haruto pada mashiho.

"Woo.. hiks."

Tidak, jeongwoo tidak jadi lega setelah mendengar betapa patah dan menderitanya mashiho terdengar dari suaranya, apalagi jeongwoo juga bisa mendengar ringisan di nada suara mashiho

"Kenapa suara kamu? Kamu kenapa seperti kesakitan gitu.?"

"Woo.. why can't i  die with easy??"

Dug, suara putus asa dan kalimat yang diucapkan mashiho hampir membuat jantung jeongwoo berhenti.

"Mashi.. kenapa? Hmmm?"

Jeongwoo tidak kalah putus asanya, sepertinya semua ketakutan sedang menghampirinya saat ini.

"Woo, mashi takut, mashi takut mati. I try to cut my pulse, but suddenly haruto's face come. Mashi rindu haruto, mashi mau ketemu haruto."

"Kamu dimana sekarang? You still didn't hurt your pulse right?"

Jeongwoo yang saat itu masih dijalan pulang menepikan mobilnya.

"Woo, mashi di apartment yang dulu kita gunakan. And the blood flowing from my pulse. Hiks."

Jeongwoo semakin tidak karuan.

"Mashi tunggu disana, aku dekat, pastikan menutup lukanya dengan kain."

Dengan pikiran kacau jeongwoo melajukan mobilnya ke apartment yang sering mereka gunakan dulu untuk menghabiskan waktu bersama, syukurnya apartment nya itu dekat.

"Mashi.." jeongwoo yang terburu menuju kamar, dan diq ikutan kacau melihat mashiho yang terlihat sangat kacau sedang nyender di headboard tempat tidur sambil memegangi lengannya.

Mashiho sesenggukan melihat kedatangan jeongwoo. Mengesampingkan perasaannya sesaat, jeongwoo mencari kotak p3k nya dan mengobati luka mashiho dengan tangan gemetaran.

"Woo.." mashiho menatap jeongwoo yang hanya diam saja bahkan setelah selesai mengobati luka dilengan mashiho.

Jeongwoo hanya duduk ditepi tempat tidur dan hanya menatap kebawah. Mashiho bisa tau kalau jeongwoo sedang marah, dia selalu seperti ini kalau marah padanya, hanya diam.

"Maaf..." Kata mashiho sambil mengusap pundak jeongwoo. Dia tau kenapa jeongwoo marah, itu karena apa yang dilakukan mashiho barusan.

"Its really hurt u so much?" Kini jeongwoo bertanya sambil menatap mashiho lembut.

Mashiho mengangguk dengan mata kembali berkaca-kaca.

"Itu sangat menyakitkan woo, junkyu hamil anak haruto. Tapi bukannya membenci haruto aku malah makin sayang sama dia, makin cinta sama dia, ini baru beberapa hari aku ga lihat dia, tapi its already make me crazy. I miss haruto so much woo." Mashiho berkata sambil mencoba menahan dirinya untuk tidak kembali menangis lagi.

✓ One step closer (Mashiruto, Harushiho)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang