dua belas

249 38 16
                                    

Tengah malam mashiho terbangun dari tidurnya karena merasa dehidrasi. Dia membuka matanya perlahan dan dengan susah payah mendudukkan dirinya. Kepalanya dia rasakan sangat sakit dan sangat berat. Mashiho meraih ponselnya " Hmm.. jam 12 malam." Gumamnya sesaat setelah dia melihat jam di ponselnya sudah menunjukkan pukul 23:51.

Mashiho dengan sekuat tenaga mencoba berdiri, dan melangkah perlahan keluar kamarnya sambil memegangi kepalanya yang masih sangat sakit. Barusan juga dia mengecek suhu tubuhnya 39,4 pantas dia merasa wajah dan badannya serasa terbakar.

Saat akan menuruni tangga mashiho mengernyitkan keningnya saat mendengar tawa riang dari arah ruang tamu. Dan saat sudah hampir tiba dibawah mashiho merasa kini hati nya juga ikut terbakar melihat haruto dan junkyu duduk berhadapan di sofa. Junkyu bercerita dan haruto menanggapi dengan tawa riangnya sambil terus menatap junkyu.

Tadi dalam perjalanan pulang dari villa, setelah pertengkaran kecil mereka, sepanjang jalan hanya ada keheningan yang menemani mereka. Setelah nge-drop mashiho haruto langsung pergi lagi tanpa mengatakan apa-apa.

"So, you go to pick him?" Batin mashiho yang membuat mashiho merasa makin tidak karuan saat ini.

"Eh.. mashi udah sembuh?" Junkyu yang menghadap kearah tangga bertanya setelah melihat mashiho turun dari tangga, haruto menoleh kebelakan dan tanpa sengaja tatapannya bertemu dengan tatapan mashiho.

Mashiho yang masa bodoh dengan kedua makhluk didepannya itu tak memberi respon apa-apa. Dia langsung berjalan ke pantry karena tujuan awalnya memang buat minum.

Mashiho menyenderkan tubuhnya ke meja makan sambil menenggak segelas penuh air putih. Sampai beberapa saat dia masih bisa mendengar tawa riang haruto dan junkyu diruang tamu.

"Ck..." Mashiho makin kesal, dia memutuskan untuk keluar rumah sebentar, sepertinya dia memerlukan udara malam untuk menyejukkan hatinya saat ini.

Mashiho berjalan melewati haruto dan junkyu begitu saja, dan sepertinya junkyu dan haruto juga kali ini sudah masa bodoh, mungkin karena respon kurang bersahabat mashiho tadi.

Tapi tidak disaat mashiho berjalan kearah pintu, "Mau kemana?" terdengar suara berat haruto bertanya pada mashiho.

"Bacot.. bukan urusan lu." Jawab mashiho dengan suara paraunya tanpa melihat kearah haruto, bahkan dia menghempaskan kasar pintu saat dia sudah berada diluar.

Mashiho berjalan beberapa saat dan segera duduk dibangku taman kota yang tidak jauh dari rumah mereka, rumah haruto lebih tepatnya.

Dia mengangkat kakinya keatas dan meringkuk memeluk tubuhnya yang dia rasa dingin. Satu tangannya meraih ponsel disaku jaket nya dan membuka aplikasi apa aja yang sekiranya akan bisa membuat dia sedikit melupakan haruto dan junkyu yang dalam pikiran mashiho mungkin mereka berdua sedang bermesraan saat ini.

Membayangkan itu saja sangat membuat mashiho tersiksa, dia merutuki dirinya sendiri yang telah terpesona pada haruto, orang yang menurutnya tidak akan pernah mencintainya. Seandainya dia tidak jatuh pada pesona haruto, dia tidak akan merasa serba salah seperti saat ini. Dia merasa sangat sakit karena cemburu, padahal sebenarnya dia tidak punya hak apa-apa buat cemburu karena hubungannya dengan haruto hanya sebatas dijodohin.

Hampir putus asa karena tidak ada aplikasi diponselnya yang bisa menghiburnya, dia menyadari ada notif message belum dibaca.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
✓ One step closer (Mashiruto, Harushiho)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang