tujuh

274 36 4
                                    

"Jam berapa ini?"

Mashiho yang baru pulang kaget saat setelah menyalakan lampu dia melihat haruto duduk menyender di sofa.

"Jam 03:00 pagi" Jawab mashiho santai tanpa peduli akan kehadiran haruto disana.

Haruto yang mendapat jawaban tidak seperti yang dia inginkan, kini wajahnya memerah karena menahan amarah. Dia berharapnya tadi mashiho akan minta maaf karena baru pulang, bukan jawaban santai dan ga peduli gitu.

"Kanapa baru pulang?" Tanya haruto masih mencoba sabar, namun nada suaranya sudah sedikit berubah menjadi terdengar lebih tegas sekarang.

Sementara itu, mashiho yang tadi hendak kekamarnya kini menatap haruto dengan kerutan diwajahnya.

"Sejak kapan lu perlu tau gw pulang lama gegara apa? Sejak kapan lu peduliin jam pulang gw?" Tanya mashiho kesal, karena dia merasa tidak suka saat ini haruto seperti sedang menyiratkan bahwa haruto punya kuasa atas dirinya.

Mashiho tidak suka itu, apalagi di hubungan mereka selama ini hanya ada kebencian, jadi tidak ada alasan buat mereka untuk merasa memiliki satu sama lain.

Apalagi sebulan belakangan ini, sejak mashiho pulang dari rumah sakit dan tau kalau haruto liburan dengan wonyoung, mashiho makin ogah ketemu haruto. Sepagi mungkin dia akan pergi dari rumah, kemana aja asal jangan dirumah dan dia akan pulang semalam mungkin yang penting mengurangi kemungkinan akan bertemu haruto dirumah.

"Jangan lu pikir gw ga tau kelakuan lu diluaran sana ya bitch." Mashiho tidak kaget lagi saat haruto meraih lengannya dengan kasar, itu udah beberapa kali terjadi kan.

"Nah, tu lu tau, trus ngapain nanya lagi. Lue bego apa gimana sih?" Dibanding mengeluarkan ringisan akibat cengkraman kasar haruto, mashiho lebih memilih mengibarkan bendera perang dengan ucapannya yang ketus.

Mashiho merasa pernikahan mereka sangat tidak ada gunanya dan sangat tidak baik buat kesehatan mental mereka, karena itu mashiho berpikir lebih cepat lebih baik kan mereka seharusnya mengakhiri aja neraka ini.

Mashiho juga bingung kenapa orangtua haruto sangat menyayanginya dan memilihnya menjadi menantu mereka. Dan ibu mashiho juga dengan gampang menerima usul dari orangtua haruto, entahlah saat pertama kali bertemu, ibunya dan orangtua haruto terlihat akrab seperti sudah saling mengenal sejak lama.

Mashiho takut kalau nanti ibunya dan mama haruto, 2 orang wanita yang sepertinya menjadi kesayangannya selamanya, tau rahasia yang selama ini dia simpan kalau ayah haruto adalah... Akh sudahlah, biarlah rahasia ini hanya mashiho yang tau.

"Bego?" Haruto berkata penuh penekanan sambil mendorong tubuh mashiho hingga terlempar kesofa.

Haruto dengan tatapan marahnya mengukung tubuh mashiho dibawahnya, mashiho takut apalagi saat ini haruto perlahan mendekatkan wajahnya ke wajah mashiho.

"Begoan siapa? Gw apa lu yang suka ngejajain diri lu? Bau lu aja nyengat bangat, berapa om-om yang nyicipin lu hari ini.?" Awalnya haruto sebenarnya ingin membungkam mulut mashiho dengan menciumnya. Entah kenapa, semarah, sekesal dan sebenci apapun haruto kepada mashiho, dia selalu tidak karuan kalau sudah melihat bibir ranum mashiho.

Namun kali ini dia lebih memilih menahan diri untuk tidak mencium mashiho dan malah menghinanya karena dia baru melihat bercak merah dileher mashiho, sangat jelas bahwa itu bekas cupang.

Sebenarnya hari ini haruto memutuskan untuk menunggu mashiho pulang. Entah kenapa sangat jarang bertemu sebulan ini membuat haruto merasa sedikit rindu. Tadinya haruto mau menurunkan egonya dan mengajak mashiho ngobrol sejenak sambil menikmati segelas susu hangat.

Tidak ada sesuatu yang spesifik yang ingin disampaikan haruto kepada mashiho, dia hanya ingin berbicara mengenai hal random saja yang mungkin bisa membuat mereka lebih saling mengenal lagi.

✓ One step closer (Mashiruto, Harushiho)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang