Chapter 83 : Rencana Membantu

395 80 4
                                    

Sedikit mengutip cerita Benben hari itu. Pembudidaya spirit api gelap yang bertemu nyala apinya, penawar dari kerusakan hati nurani akibat korupsi kekuatan yang berlebihan. Boleh dikata adalah pembudidaya biasa yang hidup tenang bersama kekasihnya, bayang-bayang kerusakan yang ditimbulkan pendahulu berspirit sepertinya tak menganggu kebahagiaanya.

Sepasang kekasih ini tentram dan nyaman hidup bersama. Sayang seribu sayang, selalu ada pihak-pihak tercela yang menginginkan kebahagiaan kepuasaan milik mereka sendiri. Orang-orang bodoh ini membawa rencana buruk yang harusnya tidak pernah terjadi. Merusak kekasih sang pembudidaya, menghancurkan hidup dan harga diri si penawar api gelap, mematahkan penyanggah nurani si pembudidaya.

Hasilnya tiada lain dan tiada bukan pembudidaya spirit gelap sesungguhnya muncul di diri pembudidaya itu. Balas dendam yang menuntunnya menjelma sebagaimana perusak itu bertindak. Mengejar penyebab sakit hati, melampiaskan amarah keseluruh dunia. Menghancurkan apapun yang menghalanginya.

Hilang kedamaian setelah itu, menenangkan sosok yang runtuh akal sehatnya bagai menguras air laut menggunakan telapak tangan. Selain mati, baginya jalan lain hilang setelah nyalanya ikut dirusak.

Ini, sesuatu yang dikenal sebagian besar orang. Namun kesempurnaan ceritanya terpotong-potong seiring cara pandang orang-orang terhadap manusia berapi gelap selalu sama. Peduli omong kosong mana pembudidaya spirit api gelap yang berhasil menemukan penawar dan mana yang tidak, semuanya rata dibenak orang awam.

Dan Ibu Chanyeol sejak lama telah mengetahui spirit anaknya mengandung elemen api gelap, tidak terkecuali penatua pertama selaku sang kakek. Pasangan ayah dan anak itu berusaha melakukan apapun untuk melindungi Chanyeol dari perkiraan terburuk yang mungkin menimpanya. Keduanya bekerja sama merencanakan masa depan Chanyeol sebelum Chanyeol menyadari keistimewaan pun keburukan apa yang ada dalam dirinya. Bersama harapan suatu saat nanti, kesuraman tragedi spirit gelap tidak menimpa Chanyeol juga.

Baekhyun dan Chanyeol berdiri berhadapan di tengah-tengah padang rumput Alam Buatan. Angin sepoi-sepoi menerbangkan ujung pakaian dan anak rambut. Perbedaan tinggi sepasang kekasih kentara jelas, Baekhyun yang hanya sepundak Chanyeol harus mendongak melihat wajah kekasihnya.

"Aku tahu jalan ini penuh resiko, tetapi, aku tidak khawatir selama kau tetap bersamaku," ucap Chanyeol. "Cerita yang kita pernah dengar dari mulut Bennu tidak akan terulang. Hanya jika ... hanya jika mereka tidak memperlakukanmu seperti itu juga."

Yang artinya, Chanyeol tak akan pernah lepas kendali selama penenangnya--Baekhyun kekasihnya--tak dilepaskan.

Baekhyun lazimnya pasif memulai kontak fisik, tapi kali ini ia duluan yang menabrakkan dirinya memeluk Chanyeol erat. Chanyeol sontak membalas pelukan itu, tangan kiri merengkuh pinggung kecil Baekhyun, dan kanan mengelus-elus belakang leher turun ke punggung berulang-ulang.

"Aku masih takut ...." wajah Baekhyun menempel di dada Chanyeol, sehingga suaranya teredam kala berbicara.

Biasanya Baekhyun tidak seberapa memikirkan hal ini, tetapi setelah perkamen dan mata pedang berada di tangan, Baekhyun mendadak tersadar sebenarnya mereka berdua kasus yang serupa. Meski diyakinkan ucapan 'selama mereka saling menjaga maka peluang mengulang jalan pembudidaya gelap yang suram tidak perlu terjadi' terselip ketakutan yang sama.

Chanyeol berkata, "Bagus, kau tidak perlu sepenuhnya berani. Sisihkan rasa takut sebagai pengingat agar tindakanku tak pernah sembrono."

Chanyeol mendorong pelan tubuh Baekhyun, memberi dua jengkal jarak dan membawa jemari mengelus pipi berisi Baekhyun.

"Chanyeol ... aku tidak mau kau berubah...."

"Ssst, percaya padaku," potong Chanyeol. Meletakkan telunjuk kiri di atas belah bibir Baekhyun. "Masa depan sebuah rahasia yang kabur. Apakah aku akan berubah, kau ada sebagai pengingatku, kan?"

CHERISH : Light Of Flame [CHANBAEK] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang