Chapter 106 : Amarah

361 65 6
                                    

Bennu adalah hewan magis strata puncak, nalurinya bukan main tajam. Ketika firasatnya mengatakan sesuatu yang buruk bakal terjadi dan itu berkaitan dengan Chanyeol dan Baekhyun, ia bergegas keluar hutan hanya untuk memastikan keadaan dari jauh. Namun, dalam perjalanan alam mengabarinya firasat buruk telah terjadi. Langit memerah kental, aroma yang dibawa angin cukup memberitahunya perjalanan ini tidak sia-sia tetapi juga teramat tidak diharapkan perlu menjadi kenyataan.

Ini adalah yang paling ia takuti. Karena Chanyeol belum benar-benar melatih menguasai gelora nafsu api gelapnya, dan Baekhyun belum cukup terampil mengekang kewarasan Chanyeol tetap stabil apabila terpengaruh. Akan sukar akhirnya untuk mengembalikan amarah Chanyeol kembali stabil.

Sementara itu, Benben yang terbang mendekat seraya meratapi kebodohan si pengusik. Mereka yang menyaksikan perubahan Chanyeol membeku ditempat. Siapa yang tidak mengenal kisah pembudidaya berspirit api gelap, meskipun yang mereka tahu hanya sepenggal catatan tak lengkap. Sejarah yang tertulis di dalamnya cukup berguna mengingatkan orang-orang seperti apa itu pembudidaya yang dikuasai spirit api gelap.

Woo Song dan Yoong Song yang pendek pengalaman bergerak maju hendak menenangkan Chanyeol yang terlihat berapi-api. Namun pergerakan keduanya segera dihentikan wanita tua.

Berkata ia, "Diam dan jangan maju."

Bersaudara menoleh.

"Tapi Bibi, Chanyeol nampak diselimuti api amarah. Aku takut itu berbahaya baginya," kata Woo Song.

"Lebih berbahaya lagi bagimu. Tak ada yang bisa berbuat apa-apa, ini sudah diluar kendali kita."

Kisaran umur wanita tua berada satu generasi lebih awal dari jaman penatua pertama. Meski terhitung hanya lima jari keluar dari kota Tanah Terbuka, pengalamannya cukup untuk memahami kerumitan dunia. Hidup selama itu wanita tua akrab dengan cerita pembudidaya api gelap, yang pamornya dalam artian mengerikan jauh lebih terkenal dibandingkan para pembudidaya  darah dan gelap.

"Bawa putrimu dan kalian tinggalkan tempat ini, sekarang!" perintah Jung Soo.

Woo Song bergegas mematuhi, adapun ia tergerak ingin membantu saat melihat respon ayahnya, penatua keempat, dan wanita tua getir bukan main, ia sadar kapasitasnya tidak mencukupi. Mengendong putri kembarnya dibantu Yoong Song. Ia memimpin keluar aula disusul istri-istri mereka.

Myong Soh yang baru memahami kondisi berkata dengan marah bercampur puas, "Bagus, ternyata Chanyeol menyimpan hal semengerikan itu." Ia melirik Seo Joon, menunjukknya dan melanjutkan. "Dan aku tahu, kau bekerja sama menyembunyikan kebenaran ini, Seo Joon! Haha ... luar biasa! Kau memelihara bibit kehancuran untuk kota kita, dan hebatnya bermula dari keluarga ini!"

Dikatakan seperti itu Seo Joon mengabaikan Myong Soh. Antara rasa bersalah memikirkan ucapan Myong Soh akan berlaku atau was-was terhadap amarah Chanyeol. Hatinya condong khawatir untuk opsi kedua.

Jung Soo menatap wanita tua. "Tolong, atur semuanya agar keluar meninggalkan mansion. Biar kami berusaha menenangkan Chanyeol terlebih dahulu."

Wanita tua mengangguk. Menyusun langkah kakinya cepat-cepat pergi.

"Katakan sesuatu Seo Joon! Jangan hanya diam seperti orang bodoh!" ujar Myong Soh.

"Apa yang mau dikatakan? Kau sudah melihatnya," balas Seo Joon.

"Kau ... kalau bukan-"

"Penatua," potong Jung Soo. "Menyalahkan tak ada artinya sekarang, lebih baik pikirkan cara mengendalikan Chanyeol."

Namun sesudah Jung Soo berucap, teriakan penuh emosi melayang keluar dari mulut Chanyeol.

"MYONG SOH! TAMAT RIWAYATMU!"

CHERISH : Light Of Flame [CHANBAEK] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang