Chapter 88 : Mempersiapkan Woo Song

366 82 4
                                    

Bantuan Jung Soo menahan penatua kedua sangat Chanyeol hargai. Sebab, meski pun terlihat santai dihadapkan kemarahan kakek tirinya, Chanyeol tak bisa berbohong mengatakan ia tak takut. Biar bagaimanapun penatua kedua tetap seorang pendekar tahap master, sekali saja terkena pukulannya berakibat kemungkinan beberapa tulangnya akan patah.

Dibantu pelayan penatua keempat mencari halaman kosong yang masih terawat, Chanyeol menemukan satu yang kali ini letaknya paling belakang mansion. Chanyeol tak bermasalah dengan itu lagi pula keberadaan halaman sementara ini berada tak jauh dari gerbang belakang. Baik baginya bila menerima tamu dari luar tanpa perlu diketahui adik-adik ibunya.

Tiga hari kemudian Hwang Won Pil mendatangi Mansion Park setelah Min Seok dikirim memberitahukan senjata pesanannya telah siap. Setibanya Won Pil tombak untuk kedua cucunya ia terima. Sulit untuk Won Pil menyembunyikan keterpukauan ketika membuka kain pelapis tombak.

Badan tombakhitam legam nan mulus, saat diraba memberi kesan bergelombang, begitu dilihat lebih dekat halus menonjol ukiran naga melingkari pertengahan tombak. Mata tombak yang perak mengkilat merefleksikan bayangan, menampakkan wajah baya Won Pil yang tersenyum puas melihat hasilnya.

Won Pil merogoh saku di balik baju bagian depan. Satu kartu hijau transparan ia bawa keluar, panjangnya setengah telapak tangan, tebalnya empat senti. Sudut kanan atas angka-angka kecil merangkai nominal satu juta, bagian dalamnya dipenuhi miniatur batu aura yang tersusun dan berjejer rapi. Keberadaan kartu itu bagi Pembudidaya agar menghemat ruang penyimpanan dari serakan batu aura, pula mempermudah proses jual beli menggunakan batu aura mengingat bentuk dan banyaknya bisa merepotkan apabila transaksi langsung tangan ke tangan.

"Seperti kesepakatan. Dua tombak, satu juta batu aura."

Chanyeol menerima kartu itu dengan senang hati. Hanya meliriknya sebentar lalu ia masukkan ke gelang penyimpanan.

Won Pil tidak bermaksud tinggal lebih lama, usai basa-basi singkat Won Pil beranjak pergi. Chanyeol menyempatkan mengantar Tetua Hwang itu sampai ke pintu gerbang belakang.

Sebelum benar-benar meninggalkan Mansion Park, Won Pil berkata, "Aku dengar kau dan kekasihmu akan segera menikah. Selamat, semoga kalian bisa hidup bahagia."

Chanyeol menyahut, "Terima kasih atas restunya Tetua Hwang. Ketika undangan mulai disebarkan, Tetua akan mendapatkannya juga, saya harap Tetua dapat hadir."

"Pastinya."

.

.

.

Hari Berikutnya Chanyeol bertandang seorang diri ke halaman Woo Song.

"Hal apa yang membuatmu ingin menemuiku?" tanya Woo Song. Bertepatan istrinya, Hee Na keluar membawa dua gelas sedang berisi teh hangat.

"Kepentinganku menemui Paman untuk membahas posisi Kepala Keluarga selanjutnya. Aku ingin tahu, apakah Paman tertarik mengisi posisi itu?" kata Chanyeol langsung keinti masalah.

Woo Song terkejut tiba-tiba mendengar tawaran Chanyeol. Hee Na yang kebetulan meletakkan gelas untuk suaminya hampir menjatuhkannya.

"Jangan sembarangan Chanyeol," ucap Hee Na, was-was melihat keluar pintu dan melanjutkan. "Kalau didengar saudara Ibumu tidak baik bagi kami."

"Bibi tidak perlu khawatir, karena aku berani mengangkat topik ini artinya aku tidak takut siapapun mendengarkan." Chanyeol menatap Woo Song lamat-lamat. "Jadi Paman, utarakan pandanganmu."

Woo Song memulai dengan ragu-ragu. "Chanyeol, entah mengapa kau mengatakan itu, tapi kau tahu sendiri posisi Kepala Keluarga sudah lama diincar Sik Hyung. Menurut silsilah Sik Hyung-lah yang berhak atas gelar Kepala Keluarga Park selanjutnya. Melenceng rasanya bila ada orang lain selain dia yang mengisi posisi itu setelah Ibumu."

CHERISH : Light Of Flame [CHANBAEK] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang