08 - Bersamamu

182 170 16
                                    


Selamat pagi..
Selamat membaca
Jangan lupa tinggalkan vote dan komennnya sahabat❤️

Happy Reading
.
.
.

-Mobil-

Sekarang Zara dan Zein memutuskan untuk mencari makan setelah pergi dari taman tadi. Zara tak berhenti tersenyum saat Zein menggenggam tangannya erat dan sesekali mengecupnya.

"Kita mau makan dimana?". Tanya Zein.

"Mm, di cafe ** mau nggak? Disana ada Salsa, Eca, sama sahabat kamu juga". Jawab Zara

"Oh ya?".

Zara mengangguk. "Tadi aku dichat sama Eca".

Lelaki itu berpikir sebentar sembari fokus ke jalanan.

"Tapi gue lagi mau berdua sama lo". Ujar Zein sambil melirik Zara sekilas.

Gadis itu terkejut dan tertawa dengan perkataan Zein.

"Kenapa lo ketawa?". Tanya Zein.

"Kok kamu jadi romantis gini sih, kesambet apaan".

Zein terkekeh sebentar lalu mengeratkan tautan tangan mereka. "Kenapa? Nggak boleh?".

Gadis itu tak menjawab dan langsung mengalihkan pandangannya keluar, ia menggigit bibir bawahnya.

'Aaa Zein, gue nggak kuat kalo lo giniin terus'

"Jadi mau makan dimana?". Tanya Zein.

"Terserah, aku ikut aja".

"Jangan terserah dong. Lo maunya apa".

"Iya terserah".

"Huh dasar cewe. Ditempat biasa aja gimana?". Tanya Zein

"Iya boleh". Jawab Zara. Gadis itu membuka hp nya saat ada notifikasi masuk.

Veraaaa_-

Ra gmn?

Bener Ver, tdi udah
gue tanyain.

Bgs dh. Brrt
g bhong.
Awas aj klo bnrn👊

Makasih ya Ver. Lo
udah baik bgt sm gue
Aaa lop u❤️

Gw jg❤️.
Ntr lg y Ra,
gw udh smpe rmh

Okey 🥺

Setelah meletakkan ponselnya Zara melirik Zein lagi, lelaki itu terlihat sangat fokus. Tanpa sadar Zara terpaku dan senyum melihatnya.

"Ehem, awas ntar kesambet. Gue tau gue ganteng". Ujar Zein.

"Hah? Apa sih. Pede". Balas Zara lalu kembali menatap jalanan.

'Perasaan tadi dia ngga ngeliatin gue, kok dia bisa tau sih. Ishh'

Zein terkekeh lalu mengacak rambut Zara gemas. Ia mengulum senyum, entah mengapa berada didekat Zara membuatnya merasa nyaman.

"Zein". Panggil Zara.

"Hm". Jawab Zein dengan pandangan yang masih fokus ke depan.

"Kamu itu susah banget ditebak. Kadang cuek banget kadang manis juga bisa sweet gitu".

Mendengar hal itu membuat Zein tertawa pelan. "Gue cuma manis sama lo doang"

Zara yang sebelumnya duduk tegak kemudian menyandarkan tubuhnya, ia nampak berpikir.

"Iya juga sih. Tapi kenapa kamu kayak nggak pernah cemburu gitu?". Tanya Zara.

Lelaki itu masih menatap lurus kedepan lalu menampilkan senyum manisnya yang jarang orang bisa melihatnya. Zein menghentikan mobilnya karena sampai dilampu merah, ia kemudian menoleh dan menatap Zara dalam.

"Gue percaya sama lo Ra. Lagi pula siapa yang berani ambil lo dari gue". Ujar Zein sambil tersenyum smirk.

Zara terdiam sebentar kemudian mengangguk mengiyakan. "Iya juga sih. Alden yang banyak ditakutin aja bisa langsung ciut gitu".

"Lembek dia. Nggak cocok lawan sama gue".

"Sombong banget".

Zein menoleh, ia terkekeh pelan. "Nggak ada bisa ngrebut lo dari sisi gue. kecuali..."

"Takdir". Imbuhnya.

Melihat Zara tersenyum membuat Zein juga bahagia, namun ada sesuatu yang menyubit hatinya.

'Maaf Ra'

• • •

-Mobil Eca-

Eca masih tertawa mendengar penjelasan Salsa kalau dia memang menyukai Victor. Ia masih tak menyangka kalau sahabatnya itu menyukai sosok Victor yang sangat dingin dan itu sangat berbanding terbalik dengan sikapnya.

Salsa mengerucutkan bibirnya sebal. "Nyebelin banget sih lo, sama aja kayak si Zara. Ngetawain mulu".

Eca langsung mengatupkan bibirnya lalu terkekeh pelan. "Gue masih nggak nyangka aja kalau orang bentukan kayak lo suka sama yang dingin-dingin gitu".

Mendengar hal itu malah membuat Salsa tersenyum manis dan diam-diam tersenyum sambil menatap kearah jalanan.

"Heh, istighfar lo. Kerasukan ntar".

"Gue udah kerasukan kegantengannya ayang Victor gue".

"Emangnya Victor suka sama lo yang lola begitu, suara lo aja nyempreng kemana-mana".

Salsa tersenyum, "Justru itu, gue akan meluluhkan Victor dan akan menghangatkannya dengan cinta suci gue". Ujar Salsa sambil tersenyum membayangkan. Sementara Eca yang mendengar itu menunjukkan ekspresi ingin muntah.

"Kenapa lo nggak sama Reno aja tuh?. Wajahnya juga lumayan apalagi kalian sama-sama bobrok gitu". Gurau Eca.

"Ihh ngga mau. Ngga kebayang ntar rumah gue sebulan udah retak semua gara-gara adu suara gue ama dia. Lo aja sana, lo kan jombo akut gitu udah lumutan juga".

"Nggak, gue nggak mau pacaran". Ujar Eca.

Salsa langsung menoleh kearah Eca. "Kenapa? Karena lo udah dijodohin sama orang yang nggak lo kenal itu?".

Eca mengangguk.

"Dih mau banget sih lo dijodohin gitu, gue sih ngga mau". Ujar Salsa.

Mendengar itu membuat Eca berdecak kesal. "Lah lo pikir gue juga mau gitu?. Kalau nggak karena paksaan dan ancaman dari orang tua gue, gue juga nggak mau bambang".

"Iya juga sih. Sabar ya Eca, orang sabar pasti kesel". Ujar Salsa sambil menepuk-nepuk pundak Eca.

"Kebanyakan liat stiker whatsapp nih. Yang ada itu orang sabar pasti disayang Allah". Balas Eca.

"Eca, lo mau mati?". Tanya Salsa. Eca langsung menoleh kearah Salsa dan langsung menatapnya tajam. "Maksud lo?"

"Lah itu tadi lo bilang. Biasanya nih kalau orang mau meninggal pasti dibilang kalau Allah lebih sayang sama dia".

Eca langsung menepuk keningnya. "Nggak gitu woy".

"Terus gimana?"

"Allah itu kan mencintai orang-orang yang sabar. Kalau pas lo dikasih masalah terus lo mau sabar, suatu saat nanti lo akan bahagia sampai lo lupa kalau lo pernah menderita". Jelas Eca.

"Mm gitu". Ujar Salsa sambil mengangguk paham. Kemudian ia terdiam dan menoleh ke luar jendela mobil, melihat rintik air hujan yang mulai berjatuhan.

"Kenapa Sal?". Tanya Eca.

"Ngga, gue cuma lagi merenung aja". Jawab Salsa.

"Hm? Kenapa?".

" Rasanya gue kayak asing sama tuhan gue sendiri. Gue udah terlalu jauh ya Ca?".

. . .

Gimana menurut kalian?
Jangan lupa vote dan komennnya sahabat 🤍

ZeinaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang