28 - Mengungkapkan?

77 15 65
                                    

Jangan tinggalin gue ya

- Zein Alaska -
.
.
.


Hari ini Zein sudah berjanji akan menjemput Zara untuk pergi ke taman yang biasanya mereka datangi saat ada waktu berdua, Zara juga ingin membeli buku lagi karena semua buku di rumahnya sudah terbaca.

Zein tersenyum di cermin setelah menyisir rambutnya dengan rapi, namun senyum itu langsung memudar saat seorang gadis membuka pintu kamarnya begitu saja.

"Raya?"

"Hai, kamu mau kemana kok rapi banget?" tanya Raya sembari berjalan mendekati tunangannya itu.

Zein mengambil jaket hitamnya di sofa kemudian berjalan mendekati Raya yang sedang menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.

"Lo pasti pernah diajarin kan kalau masuk kamar orang itu ketuk pintu dulu atau izin. Apalagi ini kamar cowok Ray," ujar Zein berusaha tenang.

"Iya, maaf. Lagipula bentar lagi kan ini juga bakal jadi kamar kita, Zein. Nanti kalo kita udah nikah aku mau semua interior kamar ini diganti ya," ujar Raya bersemangat.

Zein hanya memutar bola matanya malas dan bergegas ingin pergi setelah melirik jam tangannya.

"Kamu mau kemana?"

Zein berbalik, melepas tangan raya dari lengannya, "Gue ada urusan."

"Ikut Zein," ujar Raya sembari menggenggam lengan Zein dan mengerucutkan bibirnya sebal.

"Nggak bisa, lo lagi sakit Raya. Gue nggak mau lo kenapa-kenapa," ujar Zein sembari melepaskan tangan Raya yang menggenggam erat lengannya.

Namun Raya justru memeluk Zein dari belakang dan menggeleng kuat, ia tidak ingin Zein pergi darinya.
"Aku ikut!"

"Nggak bisa, Ray. Gue mohon jangan buat gue emosi sama lo," ujar Zein setelah menghela napas gusar, lelaki itu melepaskan pelukan Raya dan berbalik menghadap gadis itu.

"Lo mau kan gue sayang sama lo?" tanya Zein.

Raya mendongak menatap Zein yang sedang menangkup kedua pipinya, gadis itu mengangguk dan berkata, "Iya, mau."

"Lo nurut sama gue, ya? Lo lagi sakit dan gue nggak mau ambil resiko apapun," ujar Zein.

"Tapi besok aku ada jadwal kemo, kamu temenin aku ya?"

Zein tersenyum tipis kemudian menganggukkan kepalanya, "Iya, gue temenin."

Raya yang awalnya tersenyum kemudian mengerucutkan bibirnya kesal, membuat Zein mengangkat dagu gadis itu membuat pandangan mereka bertemu.

"Kenapa, hm?" tanya Zein.

"Aku nggak suka kamu manggil aku pake gue-lo, kita kan udah tunangan," ujar Raya sembari memainkan jarinya dan sedikit menunduk.

Zein mengepalkan tangannya, menatap sebuah foto Zara yang tersembunyi dibalik fotonya diatas nakas, kemudian menatap Raya dengan tatapan keraguan.

"Iya, besok aku temenin. Udah ya? Sekarang kamu istirahat," ujar Zein sembari merangkul pundak Raya dan mengajaknya keluar dari kamarnya.

"Makasih ya Zein," ujar Raya senang.

"Kamu hati-hati ya," imbuh gadis itu saat sampai tepat di pintu kamar Zein. Setelah mendapat anggukan dari Zein, Raya dengan cepat mengecup pipi Zein dan segera pergi dari tempat itu.

Sementara Zein terkejut dengan kejadian itu, namun beberapa detik kemudian ia langsung masuk ke kamar dan bersiap karena harus menjemput gadisnya setelah ini. Saat mengambil ponselnya, ternyata ada notifikasi masuk dari Zara dan tak butuh waktu lama untuk Zein membukanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ZeinaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang