21 - Rumah dan Tempat Pulang

135 88 75
                                    

Rumah seharusnya menjadi tempat ternyaman, tapi kenapa justru luka yang selalu kudapatkan

-Zein Alaska-
.

Zein berbaring diatas kasurnya, memandangi langit-langit kamar. Sesekali lelaki itu menatap foto dari nakas yang ia genggam, seorang gadis dengan tawanya. Tak lupa dengan permen yupi digenggamannya.

Itu adalah foto pertama yang dimiliki Zein tanpa sepengetahuan Zara, sebuah foto yang ia sambil diam-diam saat pertama kali melihat Zara.

"Sayang banget fotonya blur, gara-gara si Reno minta digarukin punggungnya nih waktu itu" ujar Zein kesal.

Gadis yang mampu meluluhkan hati bekunya dan mengukir senyum yang jarang terlihat diwajah Zein.

"Cewek yupi. Gemes banget pengen gue nikahin" gumam Zein.

Setelah sadar dengan kata 'menikah' Zein langsung menghela napasnya, tiba-tiba rasa pusing menyerang kepalanya. Lelaki itu takut akan apa yang terjadi selanjutnya, andai ia bisa menolak.

Tetapi menolak pun tak akan ada gunanya ketika orang tua sudah memutuskannya.

"Zara Imelda.." gumam Zein sembari memejamkan matanya.

"Zara.." gumam Zein lagi, air mata mulai lolos berjatuhan membasahi pipi lelaki itu, sampai deru napasnya mulai tenang. Zein tertidur dengan menggenggam foto itu.

Tak lama kemudian pintu Zein terbuka, Raya diam-diam melangkah masuk agar Zein tidak terbangun. Gadis itu memandang seluruh isi kamar Zein, dengan aroma parfum Zein yang familiar baginya.

Raya mengelus pelan rambut Zein, sebuah senyum terukir dibibir gadis itu. Ia masih tak percaya bahwa sekarang ia resmi menjadi tunangan Zein, semua begitu cepat berlalu sesuai keinginannya.

Dari dulu Raya mencintai sahabat kecilnya itu, mereka banyak menghabiskan waktu berdua. Tetapi Zein tidak pernah mencintai Raya, rasa sayang Zein kepada Raya hanyalah karena persahabatan.

Sampai akhirnya Raya tak menyerah, ia tetap melakukan banyak hal untuk membuat Zein ada disisinya dan memprioritaskannya. Raya tahu bahwa kelemahan Zein ada pada orang tuanya, seorang Zein tidak akan pernah menentang keputusan orang tuanya.

"Maaf Zein, aku mungkin egois. Tapi aku akan berusaha menjadi seorang yang terbaik buat kamu" ujar Raya pelan.

"Cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu, aku yakin itu"

Tangan Raya yang awalnya ingin mengusap pipi Zein tertahan karena melihat jemari Zein yang menggenggam sebuah foto. Dengan pelan Raya berusaha mengambil foto itu dari jemari Zein dan segera melihatnya.

"Siapa ini?"

Raya melihat dengan baik foto itu. Seorang gadis yang sedang tertawa dengan yupi digenggamannya, tapi foto itu tidak menampakkan gadis itu dengan jelas. Seorang gadis yang cantik.

Raya kembali menatap Zein lalu mengembalikan foto itu, ada cemburu yang Raya rasakan saat ini. Seberharga itukah gadis itu untuk Zein sampai tertidur dengan membawa fotonya.

"Yupi? dasar anak kecil" gumam Raya kemudian segera keluar dari kamar Zein sebelum lelaki itu bangun.

"Bukan sainganku" ujar Raya sembari menatap Zein yang masih tidur kemudian menutup pintu kamar lelaki itu.

• • •

- Restoran -

Reno masih terdiam sembari mendengarkan nasehat Ratih sedari tadi. Yup, Ratih mengetahui semua yang terjadi antara Reno dan Tio karena setelah pergi dari cafe itu Tio menelponnya.

ZeinaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang