27 - Bersamanya

52 13 30
                                    

Semoga tuhan izinin gue buat bahagiain lo.
- Zein Alaska -


.

Setelah baikan Zein menggenggam tangan Zara dan mengajaknya pergi ke kantin, terlebih setelah ini sudah pulang karena guru ada rapat jadi mereka memiliki waktu banyak.

Zara tersenyum senang karena sikap manis  Zein di rooftop tadi, meski Zein memilih diam dan tidak menjawab pertanyaannya.

"Masih sakit perutnya?" tanya Zein khawatir karena wajah Zara terlihat sedikit pucat.

"Hm, masih. Tapi nggak kenapa-kenapa kok."

Zein tak henti menatap Zara, sebuah senyum kecil terukir dibibir lelaki itu. Ia sedikit mengeratkan kaitan tangan mereka membuat langkah Zara sedikit perlahan dan menoleh kearahnya.

"Kenapa?" tanya Zara.

"Sakit banget ya perutnya? Mau ke uks aja?"

Zara menggeleng pelan dan tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya, "Enggak mau, sama kamu aja."

"Gue temenin, hm?"

Gadis itu menggeleng lagi, "Nggak. Aku nggak kenapa-kenapa Zein. Udah ayo ke kantin."

Zein menghela napasnya dan pasrah saat Zara sedikit menariknya untuk pergi ke kantin. Namun baru beberapa langkah, Zein tanpa sengaja menabrak Alden yang baru keluar dari perpustakaan.

"S-sorry, gue nggak sengaja," ujar Alden sedikit gugup.

"Nggak, gue yang minta maaf. Gue nggak sengaja nabrak lo tadi," jawab Zein. Alden mengangguk dan langsung pergi meninggalkan mereka berdua yang masih terpaku disana.

"Heh! Kok ngelamun sih? Cinlok ya sama Alden?" tanya Zara diakhiri dengan kekehannya.

"Heh enak aja, gue masih normal," jawab Zein sembari mengacak rambut Zara pelan dan menggenggam tangan gadis itu dan kembali meneruskan langkahnya.

Zein berdehem sebentar kemudian kembali membuka suaranya, "Katanya Alden itu ditakutin banyak orang ya, gue juga lihat dia jago bela diri. Tapi kenapa dia selalu ngehindar dari gue?"

"Mungkin dia takut sama kamu," jawab Zara seadanya.

"Dia masih deketin lo di kelas?"

"Enggak kok, cuma kalo ada tugas doang. Lagi pula dia pasti juga nggak mau lah hidungnya kena tonjok kamu lagi," jawab Zara dan membuat Zein menaikkan sebelah alisnya.

'Tapi gue ngerasa Alden ngehindar bukan karena takut sama gue, apa dia mencoba deketin Zara dengan bersikap sok lemah didepan gue?'

Zein mengelus kepala Zara pelan saat gadis itu kembali meringis menahan sakit diperutnya. Zein tentu tahu meskipun Zara bersikap seolah biasa saja.

Tapi sama perasaannya Zara nggak peka ya Zein. 🗿

"Sakit banget ya?"

"Hm, sakit. Tapi nggak apa-apa kok, nanti juga sembuh sendiri."

Zein mengangguk pelan kemudian tersenyum tipis dan mendekat kearah telinga Zara, "Lo tau nggak biar nggak sakit obatnya apa?"

ZeinaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang