12 - Milik Zein Alaska

158 137 25
                                    

Selamat malam..
Selamat membaca
Semoga cerita ini bisa menemani malam kalian
.
Di kamar, pake selimut
Kadang lampu sampe dimatiin
Dikiranya udah tidur padahal bacain wattpad :)
Jangan lupa tinggalkan vote dan komennnya sahabat❤️

Happy Reading
.
.
.

Setelah puas mencari-cari buku, Victor mengeluarkan uang dan segera membayarnya. Sepertinya ia butuh ruangan lagi untuk tempat koleksi buku-bukunya. Lelaki itu membuka pintu keluar dan menatap langit, tanpa ada senyum diwajahnya.

Saat ingin berjalan menuju mobil pandangannya tiba-tiba terarah pada dua orang yang sedang didepan toko boneka yang tak jauh dari tempat itu. Victor langsung melangkahkan kakinya saat yang ia rasa adalah benar.

"Zein". Panggil Victor sambil menepuk pundak lelaki yang membelakanginya.

"Victor?, lo disini?". Tanya Zein.

Bukannya menjawab, pandangan Victor justru teralih pada gadis yang sedang menunduk dan sedikit mundur kearah belakang Zein. Gadis yang cantik,

"Ray, lo ke mobil dulu aja, Ntar gue nyusul". Ujar Zein pada gadis itu. Karena melihat tatapan Victor yang tajam membuat gadis itu takut dan segera pergi ke mobilnya.

"Seorang Zein Alaska nganterin cewe selain Zara? ke toko boneka lagi". Ujar Victor dengan senyum sinisnya.

Zein berdecak pelan. "Dia sepupu gue, nggak usah mikir aneh-aneh".

"Iya, sepupu. Boleh boleh, alasan yang bagus".

"Maksud lo apa?! Hah?!". Zein meremas kerah seragam Victor dan menariknya, satu pukulan melayang kepipi lelaki itu.

'Shittt'

Victor meringis, merasakan nyeri dipipinya. Ia berdiri dan menegakkan tubuhnya dengan pelan, kemudian menepuk pundak Zein.

"Jangan sakitin Zara, lo udah terlalu berpengaruh di kehidupannya dia".

"Hem, lo tau betapa berharganya dia buat gue. Sorry gue udah mukul lo tadi". Ujar Zein merasa bersalah.

"Santai aja, gue balik dulu". Ujar Victor kemudian menepuk pundak Zein dan bergegas pergi.

Zein memijat pelipisnya, banyak hal yang memenuhi pikirannya saat ini. Lelaki itu menghela napas pelan lalu berjalan menuju mobil.

'Gue capek'

"Zein, kamu kenapa?"

"Ngga, gue nggapapa".

"Kita jadi beli matcha latte kan?"

"Nggak, gue nggak bisa. Kita pulang sekarang". Ujar Zein lalu melajukan mobilnya. Hanya ada keheningan dan gadis itu tidak berani memulai pembicaraan karena Zein seperti sedang menahan amarahnya.

. . .

Reno menggaruk tengkuknya, sudah hampir sepuluh menit ia menjelaskan kepada neneknya kalau Salsa itu hanyalah temannya. Tapi bahkan sampai sekarang neneknya masih tidak mau mengerti,

"Udah Ren, percuma kamu bilang sama nenek kamu". Ujar Tante Reni yang datang dengan membawa nampan berisi cemilan dan beberapa minuman. Tante Reni menaruh gelas berisi teh hangat dan diberikan kepada Nenek.

"Loh, aku ki juga mau es sirup kok malah dikasih teh panas". Ujar Nenek.

"Biasanya kan nenek mintanya teh panas kalau ada tamu". Jawab Tante Reni.

Nenek berdehem dan membenarkan kacamatanya. "Ya ini kan tamunya masih muda, ya harusnya menyesuaikan gitu lo Ren. Apalagi ada calonnya Reno disini".

Reno menepuk keningnya dan menggeleng pelan. "Nek, Salsa itu cuma temen sekolahnya Reno Nek". Jelas Reno.

ZeinaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang