Bab XVI

761 83 23
                                        

Zee membuang nafas kasarnya berkali-kali. Adzan maghrib berkumandang sejak lima belas menit yang lalu,namun dirinya masih terjebak kemacetan dan belum juga bisa menemukan masjid ataupun mushola.

"Kalo gini terus bisa kelewatan nih waktu sholatnya!" Gerutu Zee kembali melirik jam di tangannya yang entah sudah ke berapa kalinya.

Namun tidak lama setelahnya ia sedikit bernafas lega saat melihat sebuah plang di pinggir jalan yang menunjukkan lambang rest area dilengkapi mushola dan rumah makan yang jaraknya tertulis kurang lebih 200 meter lagi dari posisinya sekarang. Dan benar saja setelah beberapa menit akhirnya ia berhasil sampai di kawasan rest area tersebut. Zee lantas bergegas memarkirkan mobilnya dekat dengan mushola dan toilet. Tanpa berlama-lama ia langsung berwudhu dan dilanjutkan dengan menunaikan ibadah sholat maghribnya.

Setelah menyelesaikan kewajibannya,Zee berniat untuk mencari sesuatu yang bisa mengganjal perutnya di restoran cepat saji yang berada di kawasan rest area tersebut. Namun sebelum ia sempat masuk ke dalamnya,netranya tidak sengaja melihat sebuah mobil sedan berwarna merah yang terparkir di sisi jalan di luar pagar rest area.

"Itu bukannya mobil yang tadi dipake Marsha sama Kakaknya ya?" Gumam Zee sambil menyipitkan matanya. Beberapa detik setelahnya ia langsung mempercepat langkahnya saat melihat sosok Chika yang keluar melalui pintu supir dengan sedikit berlari menuju pintu kiri. Nampak setelahnya Chika menuntun Marsha keluar dari dalam mobil.

"Kalian kenapa berhenti disini? Ini Marsha kenapa Kak?" Tanya Zee yang baru sampai tepat di belakang Chika dan Marsha.

"HAH!! Astagaah!! Kamu ngagetin aja Zee!!" Pekik Chika yang terkejut dengan kehadiran Zee yang tiba-tiba.

"Tapi syukurlah ketemu kamu disini. Mudah-mudahan kamu bisa bantu aku tenangin Marsha." Ucap Chika selanjutnya.

"Emang Marsha kenapa Kak? Kok kelihatan kayak orang yang shock gini?" Zee langsung merangkul bahu Marsha yang bergetar. Dari mulutnya terdengar kata-kata yang sama dan diucapkan berulang-ulang,membuat Zee menatap Marsha bingung campur khawatir.

"Iya Zee,Marsha tadi sempet denger percakapan aku sama bapak-bapak tentang penyebab kemacetan ini. Dan ternyata di depan ada kecelakaan truk yang nabrak motor. Aku ga tau apa Aldo udah sempet cerita sama kamu kalo Marsha punya trauma sama kejadian kayak gitu? Dia punya pengalaman buruk sama kecelakaan motor Zee. Aku dari tadi udah berusaha bikin dia tenang dan kembali normal,tapi ga bisa. Biasanya cuma Papa dan Aldo yang bisa nenangin Marsha kalo lagi kayak gini. Tapi dari tadi aku nelpon mereka ga ada yang nyambung!" Ungkap Chika yang hampir menangis.

"Apa? Pantes aja waktu itu ada yang aneh sama sikap Marsha." Zee teringat pada saat dirinya terjebak hujan di sekolah bersama Aldo dan Marsha.

"Sha...Marsha! Hey! Ini aku Zee....kamu tenang ya...!" Zee mengusap lembut kedua pipi Marsha dengan ibu jarinya.

"Kak Z-Zee..!" Lirih Marsha.

"Iya Sha! Ini aku Zee." Zee tersenyum saat Marsha mau menatap matanya.

"K-Kak Zee...! A-aku harus nyusul Bunda Kak! B-bunda pergi karena aku Kak!" Ucap Marsha terbata.

"Sha...hey...dengerin aku ya! Itu bukan salah kamu! Kamu ga usah mikir aneh-aneh ya! Nanti Bunda malah ga suka ngelihat kamu kayak gini!"

"Tapi Kak...Bunda..."

Grep!

Zee membawa Marsha ke dalam pelukannya. Ia bisa merasakan baju Marsha yang basah karena keringat. Zee tidak tega melihat kondisi Marsha yang seperti ini. Ia jadi mengerti kenapa Aldo begitu marah saat mendengar ucapan Ashel tentang Marsha tadi di sekolah.

"Sha! Udah ya! Mendingan sekarang kita makan yuk! Kamu pasti lapar kan? Kamu mau makan apa,heum?" Zee mengeratkan pelukannya sambil membelai rambut Marsha.

Aku,Kau dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang