"Marsha..."
"Bukan ini yang aku harapkan Sha! Bukan...!" Zee merapatkan telapak tangan sebelah kirinya yang bergetar pada kaca yang menjadi pembatas antara dirinya dan Marsha yang kini tengah terbaring koma di ruang ICU. Sementara tangan kanannya masih setia menggenggam kalung milik Marsha yang ia lepaskan langsung dari leher si pemiliknya kemarin. Dadanya terasa perih manakala melihat pemandangan di balik kaca yang menampilkan Marsha yang terpejam dengan beberapa alat medis yang terpasang pada tubuh gadis yang sangat dicintainya itu.
"Kenapa harus kayak gini Sha...kenapa??" Tak tahan lagi akhirnya Zee menumpahkan cairan bening yang menggenangi matanya sejak tadi.
"Zee..." Panggil Aldo pelan yang sejak tadi berada di sebelah Zee.
"Do! Marsha Do! Marsha..."
"Zee...! Gue tau lo sedih! Dan lo harus sadar bukan cuma lo yang sedih disini karena kondisi Marsha. Tapi kita juga harus inget apa yang dokter bilang semalem. Kita gak boleh lemah! Kita harus bisa ngasih energi positif ke Marsha biar kesadarannya cepet kembali! Kalo kita lemah,gimana sama Marsha?" Aldo yang sebenarnya juga merasakan sesak di dadanya berusaha terlihat tegar. Ia hanya tidak ingin semua orang terlarut dalam kesedihan hingga lupa kalau yang Marsha butuhkan saat ini adalah support dan penyemangat agar gadis itu bisa berjuang mendapatkan kesadarannya kembali.
"Tapi gue ga tega Do liat kondisi Marsha! Gue ga sanggup Do...ga sanggup!" Punggung Zee bergetar,pecah sudah tangisnya. Aldo lantas memeluk sahabatnya itu berusaha memberi ketenangan.
"Lo harus kuat Zee! Kita semua harus bisa tegar demi Marsha!" Aldo menepuk-nepuk punggung Zee berharap tangis sahabatnya itu mereda. Namun yang terjadi justru sebaliknya,Zee semakin terisak dan malah membuat Aldo ikut menitikkan air mata.
"Asal lo tau Zee....Gue juga sama sakitnya kayak lo liat keadaan Marsha yang sekarang!" Batin Aldo dalam hati.
"Zee! Aldo! Kalian mendingan pulang dulu buat istirahat! Om tau semalam kalian ga tidur sama sekali kan?" Titah Jeenan yang baru saja keluar dari ruang ICU.
"Enggak Om! Zee gak akan ninggalin Marsha! Zee mau disini aja!" Zee menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Seenggaknya kalian mandi dan makan dulu! Biar Om yang jagain Marsha disini."
"Enggak Om! Zee ga akan kemana-mana! Zee mau disini aja! Lagipula Zee juga ga laper!" Tolak Zee yang kembali memandangi Marsha dari balik kaca pembatas ruangan.
"Tapi Zee-..."
"Om!" Potong Aldo.
"Mungkin Zee emang belom laper. Biarin aja dia disini dulu." Jeenan hanya bisa mendengus pasrah mendengar perkataan Aldo.
"Oh ya Om. Papi sama Mami barusan nelpon Aldo,katanya mereka minta maaf karena belum bisa balik ke Jakarta,soalnya kondisi Oma juga lagi kritis." Tutur Aldo menyampaikan amanat dari kedua orang tuanya yang sudah tiga hari ini berada di Surabaya menemani sang nenek yang sedang sakit parah.
"Iya Do. Ga papa! Om ngerti kok!"
"Kalo gitu Aldo izin pulang dulu ya Om buat mandi dan ganti baju. Nanti sore Aldo kesini lagi." Ucap Aldo.
"Iya Do. Hati-hati bawa motornya!"
"Siap Om!"
"Zee,gue cabut dulu ya." Pamit Aldo menepuk bahu Zee yang hanya dijawab dengan anggukan pelan.
"Sha...aku pulang dulu sebentar ya! Nanti aku kesini lagi!" Ucap Aldo memandang ke arah Marsha dari balik kaca. Setelah mengucapkan itu Aldo lantas melangkah keluar meninggalkan rumah sakit.
"Nan!" Sapa dr. Frans yang datang bersama seorang perawat.
"Frans. Apa sudah waktunya pengecekan?" Tanya Jeenan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku,Kau dan Senja
Fiksi RemajaHai... Ini karya pertamaku di Wattpad. Nama-nama Cast/para tokohnya memang sengaja aku ambil dari member idol grup ibukota kita. Tapi jalan ceritanya sama sekali gak ada hubungannya sama kehidupan nyata mereka ya. Mudah-mudahan tulisan pertamaku ini...