Bab XX

731 81 30
                                    

Senyum merekah di bibir Marsha saat kakinya melangkah masuk melewati pintu utama rumahnya. Akhirnya setelah sebelumnya sempat berdebat dengan Dr. Frans,dirinya terpaksa diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Dengan catatan selama dua hari ke depan tidak boleh melakukan aktifitas yang berlebihan termasuk pergi sekolah. Dengan kata lain Marsha harus beristirahat total di dalam rumah selama dua hari ini.

"Huuffffhhtt....akhirnya....!!" Marsha menghembuskan nafas panjang setelah dirinya sampai di dalam kamar miliknya. Padahal tidak sampai tiga hari dirinya dirawat di rumah sakit,namun entah mengapa ia merasa sangat merindukan kamarnya ini. Marsha melangkahkan kakinya menuju meja belajar. Tangannya terulur meraih bingkai poto di hadapannya.

"Bunda! Macha kangen!" Batinnya sambil mengusap poto tersebut dengan jemarinya.

Setelah puas memandangi poto bundanya,Marsha berniat melangkahkan kakinya menuju balkon. Namun pandangannya terkunci pada lukisan yang baru ia mulai beberapa hari lalu. Marsha lantas mengambil beberapa peralatan yang biasa ia gunakan untuk melukis. Setelahnya ia duduk di kursi yang berada tepat di depan lukisan tersebut. Tangan kanannya kemudian bergerak lihai menggoreskan beberapa warna di atas kanvas yang membuat lukisan itu semakin indah dipandang.

"Ekheum! Ekheum! Sayaaang...!! Kamu lupa ya sama perkataan Dr. Frans tadi? Baru juga sampe rumah lho!" Jeenan menggelengkan kepalanya karena ternyata putrinya benar-benar keras kepala.

"Marsha inget kok Pa! Kan ini gak pake tenaga lebih Pa! Marsha ngelakuinnya juga sambil duduk kok!" Balas Marsha tanpa menghentikan aktifitasnya. Jeenan sedikit membungkuk mensejajarkan tubuhnya dengan Marsha.

"Om Cio barusan nelpon Papa!" Bisik Jeenan di telinga Marsha.

"Terus?" Dahi Marsha berkerut bingung.

"Kayaknya Om Cio marah deh karena kamu pulang lebih awal dari rumah sakit dan lupa kasih kabar ke dia." Ucapan Jeenan mampu menghentikan pergerakan tangan Marsha.

"Loh! Emang Papa ga ngabarin Om Cio ya?" Marsha merubah posisinya menghadap Jeenan.

"Tadinya mau ngabarin pas kita masih di rumah sakit,tapi telpon dari Papa ga diangkat-angkat. Papa pikir mungkin Om Cio lagi ada meeting,ya udah nanti aja ditelpon lagi. Eh pas sampe rumah malah kelupaan. Dan akhirnya Om Cio duluan yang nelpon Papa barusan." Tutur Jeenan.

"Terus Om Cio bilang apa Pa?"

"Katanya Jagain Macha yang bener Nan,jangan sampe kecapekan,jangan telat obat terus paksa supaya mau makan. Gitu." Jawab Jeenan meniru perkataan Gracio.

"Om Cio ga bilang bakal kesini kapan?" Tanya Marsha.

"Katanya hari ini sih belum bisa kesini,karena harus ngelanjutin kerjaan yang kemarin sempat tertunda. Kemungkinan besok sore baru bisa kesini." Marsha terdiam sesaat mendengar jawaban Jeenan.

"Kalo Zee,udah kamu kasih tau belum?" Jeenan mengambil alih kuas dan cat yang ada di tangan Marsha.

"Belum Pa! Nanti aja pas jam istirahat kedua."

"Ya udah. Sekarang kamu cuci tangan ya! Habis itu kamu istirahat." Titah Jeenan sambil menyimpan peralatan lukis Marsha.

"Huft! Iya,iya Papa bawel!" Timpal Marsha sembari memanyunkan bibirnya. Hati Jeenan menghangat melihat perubahan sikap Marsha yang menurutnya jadi lebih bisa mengontrol emosi dan semakin terlihat menggemaskan itu.

***

Bel pertanda istirahat kedua berbunyi. Seperti biasa semua siswa berhamburan keluar kelas menuju kantin,taman,perpustakaan ataupun musholla. Namun tidak dengan Zee. Ia justru terlihat melamun di kelas dengan menopangkan dagunya di atas meja.

Aku,Kau dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang