Bab XII

723 74 14
                                        

Christy memandangi wajah Marsha yang terbaring di bangsal UKS. Sudah hampir dua jam ia disini, namun temannya itu belum juga sadarkan diri.

"Bangun Sha!" Ucapnya pelan seraya mengusap punggung tangan Marsha.

"Aku harus kabarin Kak Aldo!" Christy mencoba mencari ponsel milik Marsha di saku seragamnya.

"Ah. Ini dia." Ia pun lantas menscroll nomer-nomer kontak yang ada di ponsel milik Marsha tersebut untuk mencari nomer ponsel Aldo. Christy sempat tertegun saat jarinya menemukan nomer kontak seseorang.

"Bahkan kalian sepertinya udah saling bertukar nomer." Gumam Christy pelan. Ia pun melanjutkan jarinya mencari nomer ponsel milik Aldo. Akhirnya Christy mencoba menghubungi nomer yang bertuliskan Mang Aldo. Namun setelah beberapa kali ia mencoba melakukan panggilan tak ada satu pun yang berhasil terhubung.

"Huuuuft...! Kok gak dijawab sih Kak." Christy mendengus.

"Terus aku harus gimana?" Gumamnya dengan suara sedikit bergetar. Ia pun kembali teringat pada percakapannya dengan seseorang kemarin sore.

Flashback on.

Christy yang baru saja pulang dari rumah Marsha memutuskan untuk mampir ke rumah salah satu kerabatnya.

"Sore Om!!" Sapa Christy saat sampai di teras rumah kerabatnya yang membuat pria yang dipanggil dengan sebutan Om tersebut terkejut.

"Loh! Kity! Kamu dari mana masih pakai seragam begini?"

"Kity habis jenguk temen yang sakit Om."

"Rumah temen kamu deket dari sini?" Pria tersebut sedikit mengerutkan dahinya. Tidak biasanya keponakannya berkunjung tanpa ditemani orang tuanya.

"Mmmhh...gak juga sih Om. Cuma...ada yang mau Kity tanyain ke Om." Christy berkata sedikit ragu.

"Emang mau tanya apa? Sampe kamu maksain kesini sendiri?"

"Mmmh...soal....Marsha." Jawaban Christy membuat pria yang disapa Om itu tersentak. Dan memutuskan untuk mengajak Christy masuk ke dalam rumah.

"Jadi...teman yang kamu jenguk barusan itu Marsha?" Tanya pria yang ternyata adik dari ayah Christy. Dia mengajak Christy duduk di taman belakang rumahnya.

"Iya Om. Tadi Kity liat Om lagi ngobrol sama orangtuanya Marsha. Trus papanya keliatan kayak sedih banget. Apa penyakit Marsha cukup parah? Aku tau kalo Om selama ini sering menangani penyakit-penyakit yang mematikan. Tapi....apapun itu penyakit Marsha sekarang yang penting Om harus bantu sembuhin dia....hiks....hiks...hikss..." Tangis Christy pecah bahkan sebelum ia tahu penyakit yang diidap Marsha. Ia hafal betul kalo pria di hadapannya ini sering menangani penyakit-penyakit yang beresiko kematian pada pasiennya.

"Kanker otak stadium akhir." Tangis Christy makin menjadi mendengar jawaban dari Om nya.

"Sangat disayangkan,Marsha tidak pernah mau menjalani pengobatan sama sekali dari awal. Seandainya saja ia mau menjalani prosedur pengobatan sejak pertama kali terdiagnosis,kemungkinan besar tumor itu bisa diangkat dan tidak akan menjalar menjadi kanker ganas yang mematikan seperti sekarang."

"T-tapi...K-kity s-sering liat Marsha minum obat Om." Ucap Christy sesenggukan.

"Obat yang diminum selama ini cuma pereda dan pengurang rasa nyeri. Itu pun baru setengah tahun belakangan ini dikonsumsi. Sebelumnya Marsha cuma mau minum obat herbal dari kenalan Neneknya di Bandung."

"Terus...berapa lama lagi Marsha bisa bertahan?" Christy memberanikan diri bertanya dan bersiap mendengarkan jawaban yang sebenarnya tidak ingin ia dengar.

Aku,Kau dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang