🔱 BAB 4 : He Love Her or Nah?

6.2K 888 68
                                        

Jebat masuk ke dalam kamar tidurnya dengan wajah memerah dan berkobar emosi dadanya. Jejaka itu mencabut bow tie di lehernya lalu dibuang merata begitu saja. Kot ditanggalkan lalu dicampak ke ranjang.

Tak tenang, Jebat melabuhkan punggung ke ranjang. Kedua kakinya melebar pun siku diletak ke paha. Menyisir rambutnya ke belakang bersama nafas terhembus sukar.

Jebat memejam mata.

Tidak menyangka dia akan bertemu dengan gadis itu.

Tapi, sifat gadis itu amatlah mengujinya. Sangatlah lain.

Jebat berubah posisi duduk dengan satu tangan di belakang menekan tilam menahan dirinya dari rebah. Mendongak dengan mata masih terpejam.

Melalang buana fikirannya. Berkecamuk.

Tok! Tok!

Jebat celik mata. Matanya yang memerah melihat ke arah pintu. Dengan malas, Jebat bangun menuju ke pintu. Dibuka lalu terpampanglah sosok yang tak mahu Jebat temui!

Kontan Jebat memaku di tempatnya. Menatap gadis itu yang berdiri dengan kedua tangan di punggung. Riak tak bersalah.

"Apa kau nak?"

"Awak tahu apa jawapannya, Jebat." Kata gadis itu.

"Arsyana, cukup..."

"Awww. Awak masih ingat nama saya. Saya fikirkan awak dah lupa." Arsyana senyum sambil menggigit bibirnya.

Mata Jebat tak sengaja melihat ke bibir Arsyana. Tersedar dengan perbuatannya, dia membuang pandangan sambil berdehem.

Arsyana senyum menawan. Tahu betul dengan ekspresi Jebat.

"Jebat..."

Arsyana melangkah dekat. Tangannya sedia mahu menyentuh Jebat.

"Apa ini, Arsyana! Pergi baliklah!"

Arsyana berhenti. Menatap redup wajah Jebat.

Kenapa... Jejaka ini seakan membencinya?

"Jebat, awak benci saya?" Arsyana melihat penuh inginkan jawapan.

Jebat diam. Berkerut-kerut tipis dahi jejaka itu. Enggan memandang Arsyana.

"Apa salah saya pada awak?"

Arsyana memeluk tubuh. Berasa geram dengan sifat Jebat.

"Kau diam."

"Saya tinggalkan awak? Rasanya awak yang tinggalkan saya. Awak lupa ya, Jebat?" Arsyana angkat kening.

"Jebat..." Arsyana tidak peduli lagi. Gadis itu melangkah dekat. Ia tersenyum bila Jebat tidak menolaknya lagi.

Bebola mata koko terang Arsyana melihat setiap inci wajah jejaka pujaannya.

"Saya tahu antara kita ada perasaan. Saya tak bodoh, Jebat. Memori dulu menjelaskan semuanya." Lirih lembut nada Arsyana menendang gegendang telinga Jebat.

Jebat menahan nafas. Dia memejam mata dengan halkum tajamnya naik turun.

"Arsyana, please..."

"Saya rindu awak, Jebat..." Di luar kawalan, tangan Arsyana naik memeluk leher Jebat. Jebat tergamam.

Spontan dia menolak Arsyana menjauh. Arsyana terkedu.

"Stop it, Arsyana! Ini bukan diri kau!" Jebat ketap gigi bengang. Melihat nyalang wajah merah Arsyana.

Arsyana kepal tangan. Tatapan berubah tajam.

𝐑𝐚𝐭𝐮 𝐋𝐞𝐥𝐚𝐤𝐢 𝐈𝐭𝐮Tempat di mana cerita hidup. Terokai sekarang