🔱 BAB 25 : A New Call For Him

9.6K 1K 24
                                    

Brak! Pintu kamar ditolak kasar dengan tubuh hampir rebah ke lantai dengen lelehan darah merah segar yang mengalir di sisi perutnya. Bibirnya yang tercalit merah terang digigit kuat menahan erangan dari keluar.

Wajah berkerut marah dan bengis. Otaknya masih begitu segar dengan apa yang terjadi. Masih tidak lupa bagaimana orang-orangnya dibantai oleh kelompok yang tidak dikenali.

Rubiena mengerang kuat. Menggigil seluruh tubuh merasa nyeri di perutnya. Perlahan Rubiena tunduk melihat perutnya yang terkena siatan. Rubiena ketap rahang kuat.

Satu tangan yang berdarah dihentak kuat ke meja solek. Emosinya benar-benar ingin meledak.

"Sialan. Siapa mereka...?" desis Rubiena tertahan.

Setahu Rubiena, tiada ahli keluarga Jebat yang mengetahui kisahnya bersama Jebat. Tiada satu pun rakyat Queren dan Sereny yang tahu. Apa lagi ahli pengawal diraja.

Demi apapun, kekuatan kelompok itu tak bisa Rubiena dan orang-orangnya tandingi. Seakan sudah begitu terlatih dan kuat dalam waktu yang lama.

Rubiena masih ingat bagaimana kelompok itu tiba-tiba datang menyerang lokasinya untuk datang menyelamatkan Jebat dari tangannya. Begitu tiba-tiba sehingga dia dan orang-orangnya tidak boleh berlawan dengan mudah kerana kelompok itu tidak seramai sepuluh orang.

Ya meski angka itu kedengaran sedikit tapi tenaga mereka bukan main-main.

Mereka tidak pandang bulu untuk membantai korban mereka. Seperti Rubiena. Rubiena perempuan tetapi mereka tidak ada alasan untuk biarkan Rubiena senang tanpa luka di tubuh.

Seperti saat ini, wajah Rubiena berlumuran dengan darah kerana tamparan dan tumbukan dari seorang kelompok sialan itu. Perut pula disiat dengan pisau tajam. Pada waktu itu, memang Rubiena tidak bisa apa-apa selain jatuh rebah ke tapak lokasinya.

"Aku mesti cari tahu siapa mereka..." Kata Rubiena kecil. Mengepal penumbuk.

Tunggu

Rubiena terjeda seketika.

Otaknya langsung diterjah satu memori di mana matanya tak sengaja melihat satu lukisan tatu istana dengan dikelilingi ular Cobra yang mengangakan mulutnya ngeri di lengan seseorang.

Rubiena senyum lebar.

Dia sudah dapat petanda untuk mencari siapa kelompok itu dan siapa penyuruh kelompok tersebut.

"Puteri Rubiena!" suara kaget seorang dayang Rubiena menggelegarkan ruang kamar tidur Rubiena.

Rubiena mendesah nafas berat.

Dayang Elya segera mendapatkan Rubiena. Ternganga mulutnya melihat kondisi Rubiena yang cukup parah. Wajah cantik itu pucat dengan darah melekat di seluruh tubuh.

"Hei kau... Kemari..." Suara Rubiena makin berat. Pandangannya mendadak mahu gelap. Rasa tubuh tak mampu lagi menahan diri.

Dayang Elya cuba bangunkan Rubiena yang lemah itu.

"Mari... Mari kita ke hospital, Tuan Puteri!" Dayang Elya dibuat cemas separuh mati. Sungguh ini pertama kali dia melihat Rubiena luka separah ini!

"Tak perlu... Kau panggil doktor saja..." Rubiena berkerut dahi. Mendesis nyeri. Menekan perutnya.

Dia perempuan. Tentu saja lemah.

"Tapi...!"

"Lakukan sesuai perintah saya!" Rubiena menggeram. Ia menyumpah dayangnya dalam hati. Sialan. Dia sudah sakit begini, mahu berjalan apanya?!

"Ba... Baiklah! Tu... Tunggu di sini, Tuan Puteri. Saya akan..."

"Pergi saja. Banyak cakap tak guna juga!" erang Rubiena. Bengang dengan dayangnya yang banyak mulut tapi tidak lakukan tugas secepat mungkin.

𝐑𝐚𝐭𝐮 𝐋𝐞𝐥𝐚𝐤𝐢 𝐈𝐭𝐮Where stories live. Discover now