🔱 BAB 20 : His Love Appeal

5.7K 1K 36
                                        

Sebulan lalu...

Arsyana terdiam di tempat melihat Jebat tidak percaya. Mendadak jantungnya mahu meledak dengan ucapan Jebat barusan. Benar-benar tubuh dibuat tidak boleh bergerak.

Bibir Arsyana ternaik dengan tatapan getir. Membuang pandangan ke arah Raja Dhawiy dan Ratu Jeliana. Pasangan itu senyum melihatnya.

"Apa maksud awak ini? Ha?" tenggelam timbul suara Arsyana menyoal ucapan Jebat barusan. Sungguh Arsyana mati akal saat ini. Tidak bisa berfikir dengan waras.

Jebat menelan liur kesat dengan mata mulai bergerak melihat wajah merah Arsyana.

"Aku ingin kau jadi isteri aku."

"Saya tak nak!" spontan Arsyana teriak kuat. Mengejutkan Raja Dhawiy dan Ratu Jeliana. Ratu Jeliana ingin mendekati Arsyana tetapi Raja Dhawiy menghalang.

"Abang..."

"Biarkan mereka."

Jebat mencengkam lembut lengan Arsyana. Sontak Arsyana menggeliat kecil.

"Jebat." Tegur Raja Dhawiy. Jebat tidak peduli. Mencerlung dalam mata koko terang yang bergetar jernih itu.

Rahang Jebat bergerak-gerak menahan rasa.

"Why?" tanya Jebat perlahan.

"Saya tak cintakan awak lagi! Awak faham tak?!" balas Arsyana dengan deraian air mata.

"Kau bohong! Kau masih cintakan aku, Ana!"

"Jebat!" teriak Arsyana. Oh tuhan, hentikan ini.

Meski Jebat benar, dia tidak akan jatuh lagi di kaki jejaka itu. Dia sudah serik dengan kata-kata busuk Jebat kepadanya dahulu.

"Bagi aku peluang kedua, Ana. Bagi aku peluang untuk perbaiki semuanya. Please, Ana..." Jebat merayu lirih. Matanya menyipit teduh dan penuh berharap.

Dada terasa nyeri dengan tingkah gadis pujaan hati yang begitu keras hati.

Ratu Jeliana bernafas sayu. Hatinya luluh melihat rayuan Jebat kepada Arsyana. Anaknya benar-benar mencintai gadis itu.

"Peluang apa?! Ha?! Awak nak ke anak haram ini?!"

"Please stop, Ana! Aku tahu aku salah tapi aku benar-benar menyesal, Ana. Tolonglah bagi aku peluang kedua untuk perbaiki semuanya. Aku takkan siakan kau!" Jebat menjerit kecil tepat di depan wajah Arsyana yang mulai melepaskan tangisan sayu.

Arsyana menggeleng. Menunduk pun meraup wajah penuh. Lalu, menghembus nafas penuh tiada semangat.

"Saya dah tak ada sesiapa, Jebat. Semua orang yang saya sayang pergi begitu saja tinggalkan saya. Papa, mama, Arash! Mereka tinggalkan saya! Siapa lagi saya ada, Jebat?"

Jebat menatap Arsyana sayu yang jatuh terduduk di lantai dengan esakan keras. Penuh putus asa dan rasanya seakan ingin akhiri hidup.

"Kau ada aku."

Arsyana menggeleng. Menekup mulut menahan esakannya.

𝐑𝐚𝐭𝐮 𝐋𝐞𝐥𝐚𝐤𝐢 𝐈𝐭𝐮Tempat di mana cerita hidup. Terokai sekarang