🔱 BAB 3 : They Meet But...

5.3K 811 36
                                    

Di luar hujan dengan lebatnya. Menghasilkan kesejukan yang sedia ada pada bumi Malaysia. Namun, gadis yang berada di dalam tab mandi kelihatan tenang bersandar kepala di birai tab mandi.

Merenung siling kamar mandi tanpa mata berkelip sekalipun. Tidak bergeming meski sudah hampir setengah jam berendam dalam tab mandi.

Tapi tidak lama gadis itu kembali ke alam sedar semula.

"Hah..." Gadis berambut hitam pekat paras bawah dada itu menghembus nafas berat.

Menyugar rambutnya pun ia menelan liur sembari memejam mata.

"Cik Syana."

Arsyana tersentak kecil. Menoleh ke pintu kamar mandi. Dapat dia lihat ada bayangan Safhana di sana. Arsyana mengusap bahu mulusnya.

"Ya, Hana."

"Kak Anne ada berita baru untuk Cik Syana. Cik Syana dah selesai, keluarlah melihatnya." Kata Safhana.

Arsyana diam seketika.

"Ya baiklah. Saya keluar."

Arsyana keluar dari tab mandi. Tubuhnya yang terbentuk ideal dan seperti gitar sepanyol berongga disarung dengan jubah mandi satin yang sudah tersedia di dalam rak kamar mandi itu.

Pintu dibuka lalu keluar. Terpampang sosok Safhana yang sedang duduk di sofa kamarnya. Arsyana selak rambut ke belakang sepenuhnya sambil berjalan ke arah Safhana.

"Berita apa itu, Hana?" tanya Arsyana dengan jungkitan kening.

Safhana bangun memberi tab pada Arsyana. Arsyana ambilnya lalu dibaca pesanan emel dari Anne. Kerut sedikit dahi Arsyana membacanya. Namun, itu hanya sekejap.

Bibir Arsyana melekuk tipis. Tab diberi pada Safhana semula.

"Bila kita akan pergi?" Arsyana berbalik menuju ke meja kecil berdekatan dengan ranjangnya.

Gelas kosong yang tersedia, dituang air mineral. Lalu diteguknya hingga habis.

"Lusa, Cik Syana."

Arsyana senyum.

"Good."

Arsyana melangkah ke jendela kamarnya. Memaparkan kota metropolitan yang dihujani deras. Arsyana menyentuh kaca jendela lalu melihat langit yang sedikit gelap.

"Jebat." Sebutnya perlahan. Ekspresi Arsyana berubah keruh.

Arsyana pejam mata menahan rasa yang menggebu di dada.

Safhana di belakang, memerhati. Merasai perasaan majikannya tidak membaik, dia beransur keluar. Tak mahu mengganggu Arsyana.

Arsyana celik mata kembali. Membuang nafas berat. Tiba-tiba saja dadanya sendat untuk bernafas.

"Kita akan bertemukah?"

Arsyana senyum.

"Jebat, saya masih tunggu awak."

Dia berharap pertemuan mereka akan menimbulkan suasana yang menyenangkan hatinya.

Arsyana rebah tubuh ke ranjang tanpa berniat untuk menukar pakaian. Gadis itu baring terlentang menghadap siling bersama satu lengan menutup dahi.

Rasa kelakar jatuh cinta pada jejaka yang pernah menjaganya sejak kecil tapi itulah perasaannya sekarang.

Kenyataan.

Tiada siapa bisa menghalang perasaan itu dari terus mekar.

Arsyana memejam mata. Tak terasa air matanya mengalir di tepi mata.

𝐑𝐚𝐭𝐮 𝐋𝐞𝐥𝐚𝐤𝐢 𝐈𝐭𝐮Where stories live. Discover now