Part 3. Syarat

3.9K 395 7
                                    






"Kau masih marah?" Mark menatap Haechan yang sudah tiga hari tidur memunggunginya.

"Bear, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud melupakan anniversary kita. Aku benar benar ti-"

Haechan membuka selimutnya, beranjak dari tempat tidur dan melangkah ke kamar mandi.

"Puduu, maafkan aku. Malam ini kita dinner diluar bagaimana? Kau mau restoran yang mana? Eoh aku akan reservasi sekarang" bujuk Mark didepan kamar mandi.

"Tidak perlu"

Haechan terlampau kecewa karena sudah dua kali Mark memesan meja, dua kali pula laki laki itu sendiri yang tidak datang. Mark kini menjadi tiga kali lebih sibuk terlebih saat memegang kendali kantor pusat dan vila dua setelah adiknya dipindahkan. Perginya Jeno benar benar memengaruhi kehidupannya. Haechan tau laki laki itu menjadi satu satunya harapan dikeluarga ini. Tapi sepertinya makan malam anniversary begitu berat bagi seorang Mark Jung.


💰💰💰


"Aku terlambat ya?"

Pikirannya terus memutar kalimat laki laki bernama Jeno yang terakhir ia temui beberapa waktu lalu. Jeno bukan siapa siapanya, dirinya juga tidak merasa dekat dengan laki laki itu namun ketidakhadiran Jeno beberapa hari terakhir menimbulkan sejumlah pertanyaan. Tidak tidak Jaemin tidak merindukannya, hanya penasaran. Benar kan Jaem?

"Bisa kah kau minggir? Aku ingin melihatnya juga"

"Ahh yaa" Jaemin tersadar dirinya sudah lama berdiri didepan sebuah papan pengumuman disebuah halte bus. Jaemin mendatangi alamat yang Guanlin berikan tempo hari. Kini kepalanya justru berdenyut pusing.

"Apa apaan ini? Apa orang single sepertiku tidak berhak mendapatkan uang?" Runtuk Jaemin membaca selebaran brosur perayaan lotre musim ini. Hanya syarat nomor tiga yang Jaemin tidak punya.

1. Identitas diri/passport
2. Mengisi formulir lotre untuk mendapatkan nomor undian
3. Akta pernikahan
4. Surat izin tinggal

"Apa aku palsukan saja? Tapi dengan siapa?" Jaemin menggigit kukunya. Tangannya bergerak membuka ponsel, mengetikkan sesuatu disana. Hanya terlintas satu nama.

Kau mau menikah denganku?

Kau mau mati?!

Ah Jaemin tau siapa yang membalas pesan itu. Terlalu bodoh memang mengajak kekasih sahabatnya untuk menikah, mungkin bisa saja tapi kakimu akan patah lebih dulu Na Jaemin.

"Aku bahkan tidak pernah berpacaran" Jaemin melamun memikirkan nama nama yang bisa ia hubungi. Kakinya yang bergetar tiba tiba berhenti. Jaemin mengingat satu nama lagi.

"Ha-halo. Yeonjunssi?"

(Siapa ini?)

"Ini aku, Jae Jaemin" Jaemin terlalu gugup menghubungi laki laki yang pernah mengisi hatinya dulu.

(Ahh Na Jaemin? Jaeminnie kelas neuro?)

Ahh kakak tingkatnya itu masih mengingatnya. Mereka saling kenal karena berada disatu gedung kampus yang sama saat Jaemin menempuh S1 nya. Jaemin menyukainya karena kakak tingkatnya itu sering membantunya saat kuliah.

"Benar, ini aku"

(Ada apa Jaem? Kau membutuhkan sesuatu?)

Jaemin menekan nekan jari jemarinya menyusun kalimat apa yang harus ia katakan. Ayo menikah aku menyukaimu. Ah itu konyol sekali. Aku harus mendapatkan lotre itu tolong nikahi aku. Kau seperti pengemis Jaem.

"A-aku—"

(Sayang, kau sudah selesai fitting? Bagaimana pas tidak? Atau aku ambilkan tuxedo lain?

Tidak ini sudah cukup)

Lottare Married | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang