Part 6. Jeong J

3K 356 27
                                    







"Masuklah"

"Maaf rumahku tidak ada apa apa, aku baru pulang dari klinik jadi aku belum sempat menyiapkan apapun"

"Tidak apa apa Na" benar saja sesaat Jeno menginjakkan kakinya masuk dirinya hanya menatap sepetak rumah dengan kamar tidur, kamar mandi, dapur, dan ruang tengah yang bisa ia jangkau dengan sekali pandang. Tidak sempit, namun juga tidak lebih lebar dari ukuran walking closet Jeno. Rumah Jaemin meskipun tidak terlalu luas namun sudut ruangnya begitu bersih dan sepertinya nyaman, hanya beberapa spot tempat yang memang penuh dengan buku buku kedokterannya.

"Aku belum sempat memindahkannya pulang" sepertinya Jaemin menyadari arah pandang Jeno yang tertarik pada buku buku tebal itu. Jaemin beranjak ke dapur kecilnya untuk membuatkan Jeno minuman.

"Aku boleh memegangnya?"

"Tentu saja"

"Aku cukup terkejut ternyata kau seorang dokter"

"Semoga" jawab Jaemin diiringi dentingan sendok dan gelas.

"Kenapa?"

"Jika aku memenangkan lotre itu, aku mungkin bisa mengikuti ujian gelarku" Jeno hanya diam. Menatap seluruh buku buku disana, seperti sayang sekali jika harus berhenti ditengah jalan. Jeno harap mereka bisa memenangkan hadiah itu, atau mungkin lebih.

Ding dong

"Itu pasti temanku, aku akan membukakan pintu" saut Jeno setelah mendengar bunyi bel.

"Belum terlambat Jen, aku membawa dua miliyar untuknya dan kita bisa pergi dari ini" ucap L cepat setelah Jeno keluar membukakan pintu.

"Diam dan masuklah" Jeno menarik lengan temannya itu untuk masuk.

"Kalian duduklah, two shot ice coffee. Its that okay?"

"Terimakasih Nana" jawab Jeno ramah.

"Mmm, sepertinya ada yang ingin kalian bicarakan. Kalau tidak keberatan aku ingin mandi sebentar, jika kalian-"

"Tidak masalah, kami bisa menunggu. Benar kan L?"

"Ehm, ya"

Setelahnya Jaemin bergegas masuk ke kamarnya, meninggalkan Jeno dan L yang duduk di ruang tengah sekaligus ruang tamu.

"Kau membawa dokumennya?" Tanya Jeno.

Lucas membuka tasnya ragu, menarik sebilah map coklat berisikan formulir pendaftaran pernikahan.

"Berikan bolpointnya"

"Jeno menulis data dirinya terlebih dahulu, tangannya mengisi dengan lancar hingga sampai pada kolom orang tua kandung yang harus ia isi.

"Kau yang menulisnya"

"Kau gila, aku bahkan tidak bisa tidur semalam setelah menatap formulir ini. Dan kau memintaku mengisinya?" Protes L.

"Pelankan suaramu. Hanya kolom ini"

"Kenapa? Kau ragu?"

"Tidak, hanya... tanganku tiba tiba dingin"

"Kalau begitu tanganku akan terbakar jika menulis namanya"

Keduanya diam.

"Jen, kau yakin dengan keputusanmu?" Jeno tak menjawab.

"Jen aku belum menikah bagaimana jika direktur tau dan membunuh kita? tidak, aku pasti akan diasingkan saat itu juga. Sebaiknya aku melaporkan saja kepadanya"

"Kau yang kubunuh jika melakukan itu. Kau tenang saja, aku akan berikan imbalan besar untukmu"

"Apa? Kau bahkan bukan pewaris lagi Jeno"

Lottare Married | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang