Sosok itu melambaikan tangan, menatap sang lawan yang hanya diam. Tampilannya benar benar kacau, seperti sesuatu yang buruk telah terjadi. Sosok itu melangkah mendekat, kini berdiri tepat dihadapan sang lawan. Jeno menatap netra kanan Jaemin yang sedikit merah dengan pelipis kebawah yang tampak bengkak meskipun tertutup masker. Belum sempat bertanya tubuhnya terkunci, Jaemin menyelipkan tangannya kesela sela, merengkuh pinggang dan tubuh besarnya, Jeno juga merasakan usapan kecil dipunggung belakangnya. Pikiran penuh, dadanya yang sesak seolah sirna, dugaannya tidak benar.Harinya terasa panjang, Jaemin ingin cepat pulang dan menceritakan kejadian hari ini pada Namonya. Saat pulang, Jaemin tiba tiba ingin meminum americano dan macaron cake dari cafe lamanya. Sesampainya dicafe, Jaemin tak menyangka akan bertemu Jenonya disini. Begitupun Jeno.
Jaemin sedikit tersentak saat Jeno membalas rengkuhannya dengan lebih erat, hingga wajahnya benar benar tenggelam didada Jeno. Aroma kopi pekat dan kemeja yang setengah basah, Jaemin menyimpan beberapa pertanyaan dibenaknya.
"Jen akh tida bisa berna as" Jeno tersadar.
"Maaf. Ini tidakpapa? Ini kenapa?" Tanya Jeno pelan setelah melihat lebih dekat luka Jaemin.
Oke Jaemin kalah start, Jeno lebih dulu menyadari lukanya sebelum Jaemin menanyakan terkait kopi dibaju Jeno. Jeno membuka masker Jaemin dengan hati hati, raut wajah marahnya berubah menjadi khawatir.
"Sakit?" Jaemin memejamkan mata saat Jeno mengusap dagu dan sekitar pelipisnya, tak berani menyentuh ruam merah dan besatan kecil dibawah pelipisnya.
"Na? Ini kenapa? Siapa yang melukaimu? Katakan padaku"
"Apa yang akan kau lakukan padanya jika aku memberitahumu?"
"Jadi benar ada yang melukaimu? Kita ke kantor polisi sekarang" Jaemin tertawa.
"Kau tidak bisa melaporkannya, dia besar sekali. Kau akan kalah"
"Na, kerumah sakit ya? Nanti infeksi"
"Aku sudah mengobatinya, tidakpapa. Mau peluk lagi"
Permintaan itu tentu Jeno kabulkan segera. Kali ini dengan sedikit menunduk supaya badannya tak menyentuh luka Jaemin, tangannya juga bergerak memeluk dan mengusap pinggang istrinya. Dirinya kembali merasa takut.
"Jeno kenapa?"
"Jangan pergi"
"Ada apa?"
"Hanya, jangan pergi"
"Kau ini kenapa? Siapa yang mau pergi. Aku disini. Apa ini efek kopinya?"
"Ah maaf, pakaianmu jadi ikut kotor" Jaemin menggeleng tanda tak mempermasalahkan noda dan aroma kopi yang terbawa dari baju Jeno.
"Siapa yang berani menyiram kopi ke suamiku? Ha? Katakan? Apa orang itu tidak punya sopan santun" gerutu Jaemin yang entah mengapa itu terdengar lucu ditelinga Jeno, dirinya tersenyum.
Namun tak lama, nada gerutunya berubah. Terdengar segukan kecil diikuti bibirnya yang semakin melengkung dan matanya yang basah.
"Hiks" Jaemin menangis.
"Na? Kenapa? Ada yang sakit?" Jeno tentu saja menjadi semakin khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lottare Married | NOMIN
FanfictionTwo billion gone wrong. "Aku sudah mendapatkannya. Ayo bercerai" Read tags before read !! Start: 7/01/22 End: - #1 najaemin #1 haechan