Part 23. Pergi

2.7K 306 31
                                    







"Nana Nana!!"

"Tunggu!"

Jaemin lelah meskipun dirinya tak melakukan banyak aktivitas namun satu per satu fakta yang terkuak dihari ini benar benar menguras pikirannya, pelupuk matanya yang tak mampu menahan air mata itu pun berlinangan bebas membasahi pipinya.

"Jaemin, stop!" Renjun menahan pergelangan tangan yang ingin menekan tombol lift.

"Kau tidak boleh pergi dengan keadaan seperti ini. Dengarkan penjelasanku dulu. Na Jaemin!"

Jaemin memutar tubuhnya menatap raut muka Renjun yang benar benar mencemaskannya. Jaemin sendiri juga tidak tahu kemana ia akan pergi, dirinya sadar tak memiliki siapapun lagi disini selain Renjunnya.

"Hiks"

Jaemin menangis, melepaskan raungan yang sedari tadi tertahan. Renjunpun memeluknya memberikan tempat. Renjun memang belum tahu apa yang Jaemin alami selama anak itu pulang, tapi dirinya tahu Jaeminnya tidak baik baik saja.

"Kau mau kemana, kau tahu kita hanya memiliki satu sama lain disini. Jangan coba coba pergi tanpa izinku"

Jaemin meluapkan uneg unegnya bersahutan dengan isak tangis, beruntung koridor lantai Renjun tidak ada orang. Namoyed pun hanya mondar mandir dibelakang Jaemin mendusalkan kepalanya dikaki laki laki itu. Sebetulnya Jaemin tak berniat menceritakan apapun karena ia sendiri paham sahabatnya juga memiliki masalah yang tak kalah rumitnya.

"Tentang Jeno, aku juga baru mengetahuinya belom lama ini. Aku juga marah Na, perasaan burukku tentangnya memang benar. Tapi aku memberikan kesempatan karena Jeno mengatakan akan memberitahumu sendiri. Maaf maafkan aku"

"Jeno tahu kau ada disini?"

"Jangan, jangan beritahu dia"






💰💰💰





"Kau tidak lupa melakukan programnya kan?"

"Tidak Dad, maaf"

Haechan keluar dari ruang kerja Jaehyun, menghela nafas panjang karena lagi lagi mertuanya itu mendesaknya untuk segera memiliki momongan.
Kepalanya ingin pecah karena masalahnya bukan didirinya, melainkan laki laki tua itu juga yang membuat Marknya sibuk sampai waktu dengan dirinya ikut berkurang.

"Kau menyuruh Mark mengurusku, tapi kau sendiri membuatnya gila kerja. Huhh"

Haechan masuk ke dalam kamar, gumaman kekesalannya yang tak sengaja terdengar oleh Mark, membuat atensi laki laki alis camar itu menaruh irisnya lekat.

"Whats wrong?"

"Nothing" jawabnya lesu.

"Hei" Haechan menatap arah tepukan tangan Mark yang memintanya duduk.

"Its not my bear who like hiding something, tell me"

"Maaaaark, Daddy" Haechan mendudukan dirinya bukan disebelah Mark namun diatas pangkuannya.

"Daddy memaksamu lagi?" Haechan mengangguk.

"Im sorry. Sebentar lagi yaa. Setelah semuanya jadi milikku, kau tidak perlu melakukan program program penyiksaan itu lagi"

"Benarkah J&J akan menjadi milikmu?"

"Em, aku akan mendapatkannya."

"Apapun caranya" imbuhnya dalam hati.





Lottare Married | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang