Part 22. Found Out 2

2.4K 292 13
                                    









"Aku tidak sabar menemuimu. Aku merindukanmu Na" Jeno tersenyum kecil dengan jemarinya yang menggulir layar tabletnya. Membaca beberapa artikel pagi.

"Jeno yya, namamu benar benar buruk dimana mana dan kau tersenyum?"

Taeyong memasuki kamar Jeno dengan membawa secangkir minuman herbal untuk meredakan mual Jeno semalam. Paginya dihebohkan dengan artikel dan berita mengenai rumor Jeno yang sebenarnya, tak sedikit juga kini jadi berbalik simpati pada sosok menantu kedua Jung. Semua sesuai rencana Jeno, dirinya tak perlu repot repot mengungkap pada media karena mantan calon mertuanya itu memiliki stasiun tv dan perusahaan majalah. Seketika nama Jeno melejit di artikel bisnis pagi ini.

"Aku tidak peduli mam, yang terpenting nama Jaeminku bersih"

"Jaeminku jaeminku, kau bahkan tidak berterimakasih sama Mammy. Sepertinya kau memang sudah melupakan Mammy. Minum, kakekmu memberikan ini segera setelah mendengar kau sakit" pundung Taeyong yang meletakkan gelas itu dan berbalik ingin keluar.

Sebelum sampai didepan pintu, tubuhnya direngkuh oleh tubuh besar anak bungsunya dari belakang. Tangan kekarnya itu merangkul pundak sang ibu erat.

"Mammy, Jeno tau Mammy sayang sama Jeno. Jeno juga sayang. Mam, terimakasih. Terimakasih untuk ada dipihak Jeno"

Cup

Jeno mencium pipi Taeyong.

"Ish, jangan tinggalin Mammy lagi. Ancamanmu jelek sekali" Taeyong melengkungkan senyum sedihnya.

"Bagaimana rasanya melawan Daddy Mam?"

"Mau mati rasanya"

"Hahaha"

Taeyong rasanya seperti masuk ke kandang singa, padahal ruangan itu ia masuki setiap harinya. Namun hari itu berbeda, Taeyong nekat menggeledah diam diam ruang kerja Jaehyun demi sang anak. Tak disangka dirinya benar benar menemukan benda penting yang sengaja Jaehyun sembunyikan. Sebuah foto paparazzi Choi Jisu yang tertangkap sedang mengunjungi sebuah klinik obgyn dan foto bersama laki laki asing disebuah club malam. Taeyong sendiri juga terkejut bisa bisanya Jaehyun menjual anaknya sendiri untuk bertanggung jawab atas anak laki laki lain.

"Kau baik baik saja? Apa ada yang aneh dengan makanan semalam. Mammy panggil dokter yaa"

"Tidak perlu, entahlah aku merasa kue nya aneh"

"Kau alergi strawberry? Perasaan tidak"

"Tidak, ah aku mual lagi mendengarnya"

.
.
.

"Taeee!! Kau lihat dasiku?" Teriak Jaehyun dari luar.

"Cepat minum obatnya, Mammy ke Daddymu sebentar"

"Mm bye mam"

Cup. Jeno mencium kembali pipi Taeyong.




"Mau kanan apa kiri?" Taeyong menyodorkan dasi berbeda di kedua tangannya.

"Terserah"

Akhirnya Taeyong memilih memasangkan dasi biru gelap yang senada dengan jas Jaehyun pagi ini.
Taeyong mendongak melirik sesekali, melihat ekspresi dingin Jaehyun lebih ke tidak berekspresi apapun. Bahkan tadi ia juga memanggil namanya dengan ketus, bukan yongie ataupun sayang seperti hari hari biasanya. Tangan Taeyongpun mendadak dingin.

"S-sudah"

"Aku berangkat"

"Tak ingin sarapan dulu? Aku membuatkan makanan kesukaanmu. Aku panggil Jeno sama Mark yaa"

"Tidak perlu"

"Kenapa buru buru sekali sih" Taeyong mengejar langkah lebar Jaehyun yang membuat dirinya sedikit tertinggal.

Lottare Married | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang