Di depan sana, di loker Khannaya tertempel sebuah kertas lebar bertuliskan 'GO AWAY'.
Di tulis dengan tinta berwarna merah yang sekilas terlihat seperti darah. Pengirim surat juga sepertinya dengan sengaja meninggalkan bercak-bercak merah di seluruh kertas.
Nanda yang kesadarannya pulih paling awal, maju ke depan dan mencabut kertas tersebut dari pintu loker. Ia meremas kertas tersebut menjadi gumpalan dan melemparkannya ke kotak sampah di sudut ruangan. Teman-teman yang lain mulai berbisik, bertanya-tanya siapa pengirim surat tersebut. Freya mengamati wajah dua orang yang berdiri paling depan.
Sheena terlihat masih terkejut. Wajahnya bahkan memucat. Nanda terlihat meminta Sheena untuk minggir, cewek itu fobia darah. Meskipun bukan ditujukan untuk dirinya, hal itu pasti membuat Sheena syok. Sementara pemilik loker tersebut masih berdiri mematung. Ia hanya diam.Tapi Freya bisa melihat raut kebingungan di sana.
Freya memandang ke sekeliling, hanya ad akelas 11 IPS 1 di sini. Ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kiri. Jam istirahat masih tiga menit lagi.
"Temen-temen, mending kita balik ke kelas. Untuk kejadian barusan, gue harap nggak ada yang bikin gosip aneh-aneh. Mungkin orang itu cuma iseng atau gimana. Gue juga nggak tahu. Intinya, bersikaplah seolah nggak terjadi apa-apa." Nanda memberi komando kepada teman-temannya.
Meskipun otaknya kadang agak tidak beres, Nanda ternyata bisa memberi nasihat bijak di saat seperti ini. Mengikuti perintah Nanda, 11 IPS satu bergegas mengambil seragam batik mereka di loker masing-masing dan pergi dari situ.
Lain dari teman-temannya, Freya justru menghampiri Khannaya yang sedang terpaku menatap lokernya yang terbuka.
"Kamu, baik-baik aja, Nay?" tanya Freya, berusaha terlihat simpatik.
Khannaya tersenyum tipis."Baik kok, Fe. Cuma tadi agak kaget sama sedikit heran aja."
Sama. Freya juga heran, siapa yang menempelkan kertas ancaman begitu?
"Eh, ya udah yuk, ganti baju aja dulu," ajak Freya.
Khannaya mengangguk dan mengekor di belakang Freya.
Teman-teman masih sibuk membahas tentang kejadian satu jam yang lalu, bahkan saat mereka sedang sibuk membuat kerajinan dari kain perca. Kelompok Freya duduk melingkar. Anggotanya ada dia sendiri, Mahira, Laras, Felix dan Ganta.
"Menurut kalian, siapa yang nempel kertas itu?" tanya Mahira, membuka percakapan.
"Yang jelas, orang yang nggak suka sama kehadiran Khannaya, sih," jawab Felix asal.
"Bodoh! Kalo itu juga, gue tahu." Mahira memukul bahu Felix menggunakan gunting.
"Tapi, emang ada ya, yang nggak suka sama kehadiran Khannaya?" Kini Ganta yang bertanya.
"Ya, namanya manusia, nggak mungkin disukain semua orang lah, Gan," jawab Freya. Tangannya sibuk menyatukan potongan-potongan kain perca dengan benang.
"Betul. Ya walau pun kalo dari pandangan gue pribadi, aneh banget sih, orang yang nggak suka Khannaya. Dia nggak pernah ngusik siapa pun, loh." Laras memberi pendapat.
Freya merasa sedikit tersentil dengan pendapat Laras.
"Ya, ada aja lah, Ras. Siapa tahu, orang itu iri karena Khannaya cantik."
"Memangnya ada ya, orang yang kayak gitu? Ngejahatin orang lain karena orang itu lebih cantik?" tanya Ganta penasaran.
"Ada aja, Gan. Banyak, bahkan kalo elo suka nonton channel Youtube-nya Nessie Judge atau Hirotada, bahkan ada yang sampe bunuh-bunuhan karena nggak suka kalau ada yang lebih cantik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Inside [END]
Teen FictionApa yang paling ditakutkan primadona sekolah? Kehilangan atensi. Freya hanya bisa menahan geram, saat semua perhatian yang biasanya tertuju padanya, kini berpindah pada orang lain. Khannaya. Murid baru yang sejak kehadiran pertama kali, berhasil m...