Bad Inside: 16

31 2 0
                                    

Teman-teman sekelas terdiam dan saling pandang. Berusaha mencerna apa yang sedang terjadi di hadapan mereka. Sepertinya ada sesuatu di antara Zerin dan Freya. Sesuatu yang hanya mereka berdua yang tahu. Jeje yang sejak tadi menjadi pengamat, memperhatikan raut wajah dan tatapan Zerin juga Freya. Dari cara mereka berdua bicara, dan bagaimana cara mereka menatap satu sama lain, Jeje bisa menarik kesimpulan kalau ada yang mereka berdua sembunyikan.

"Kalian ngomongin apa, sih. Coba jela—"

"Ada apa ini? sudah bel masuk kok malah kumpul-kumpul di meja depan?" Suara Bu Rina menginterupsi pertanyaan yang tadinya ingin Nanda ajukan ke Freya dan Zerin. Karena terlalu fokus dan sibuk dengan perdebatan pagi ini, tidak ada seorang pun yang sadar kalau bel sudah berbunyi. Semua siswa membubarkan diri dan kembali ke bangku masing-masing.

Setelah selesai berdoa dan memberi salam yang dipimpin oleh ketua kelas, suasana menjadi hening kembali. Bu Rina menghela napas pelan. Matanya terlihat sayu. Bu Rina menyatukan tangan di atas meja dan menatap murid-muridnya secara berkeliling.

"Ibu yakin, kalian sudah mendengar berita pagi ini," Bu Rina menghela napas. "Khannaya, teman sekelas kalian dinyatakan hilang. Dia tidak ada di asramanya sejak hari minggu pagi. Masih belum jelas apakah ini kasus penculikan atau bukan. Polisi kemungkinan akan menginterogasi beberapa orang di kelas ini untuk menanyakan soal Khannaya. Ibu harap kalian bisa bekerja sama dengan baik. Untuk saat ini, kalian tidak perlu panik dan tetap tenang. Polisi akan menyelidiki semuanya," tutup Bu Rina. Beliau bangkit dari kursi, mengambil spidol dan mulai menggoreskan sesuatu di papan tulis.

Freya menggigiti ujung pena. Kakinya mengetuk lantai berulang kali. Kenapa keadaan bisa berbalik secepat ini. Lewat ekor matanya, Freya melirik ke arah Zerin. Cewek itu terlihat menyimak penjelasan Bu Rina. Freya berdecih pelan. Mengingat kembali kejadian pagi ini, dia baru sampai dan tiba-tiba sudah dituduh sebagai pelaku penculikan Khannaya. Sangat tidak masuk akal. Hanya ada satu orang yang akan mengambil kesempatan untuk menjatuhkan dirinya dalam keadaan seperti ini. Orang itu adalah Zerina Juvanka.

Karena Freya bahkan baru tahu berita ini tadi pagi.

"Da, pinjem jaketnya dong. Biar aku nggak kebasahan," protes Freya. Pagi ini langit tampak tidak bersahabat. Gerimis yang mulai berubah menjadi hujan membuat suasana lebih lengang.

Erhan membuka risleting jaketnya dan memberikan kepada Freya. Dengan segera, Freya memakai jaket yang diberikan Erhan , lengkap dengan penutup kepalanya. Cewek itu menunjukkan senyum paling manis ke arah Erhan.

"Makasih Uda!"

Erhan cuma berdehem pelan. Freya hanya akan menunjukkan sikap manis jika berhasil mendapatkan apa yang diinginkan.

Freya turun dari mobil dan berlari kecil memasuki area gerbang sekolah. Ia memegangi perutnya yang berbunyi. Freya tidak sempat sarapan. Langkahnya membawa Freya untuk berbelok ke kantin terlebih dahulu. Ia akan membeli beberapa gorengan untuk dimakan saat jam kosong.

Freya tersenyum tipis saat satpam menyapa dirinya. Pria paruh baya itu memesan segelas kopi dan duduk tidak jauh dari Freya.

"Udah tahu berita terbaru belum, Mbak Imas?" tanya Pak Satpam pada Bu Imas pemilik kantin.

"Berita yang mana?" Bu Imas malah bertanya balik.

Freya memasang telinganya baik-baik. Mencoba mengorek informasi, berita apa yang satpam bawa.

"Yang anak asrama hilang."

Hah? Anak asrama hilang? Siapa? Freya bertanya-tanya dalam hati. Ia menerima kresek berisi gorengan dari tangan Mbak Indri. Dengan sengaja, Freya membuka showcase untuk mengambil sebungkus chimory supaya bisa menyimak lebih banyak.

Bad Inside [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang