"Pak tunggu!" teriakan Freya mengejutkan satpam yang sedang menutup gerbang sekolah.
"Tunggu, saya masuk dulu." Kedua tangan Freya bertumpu pada lutut. Ia sedikit menunduk guna mengatur napas yang tersenggal-senggal akibat berlari dari jalan. Erhan harus mendaptkan penghargaan sebagai kakak terjahat se-Kota Depok. Bisa bisanya ia menurunkan Freya di pinggir jalan karena katanya dia sedang ada ujian praktik dan harus sampai tepat waktu di kampus. Ia juga menyalahkan Freya karena terlalu lama bersiap, padahal dia sedniri baru keluar dari kamar mandi saat Freya sudah selesai mengikat tali sepatu.
Pak satpam hanya bisa menggelengkan kepala. Beliau kenal dengan Freya dan hapal, tiap kali diantar kakaknya yang juga alumni sekolah ini Freya hampir selalu telat. Freya mengucapkan terima kasih berkali-kali karena telah menghentikan gerbang sepersekian detik demi dirinya.
Freya mendongak, menatap langit hari ini yang sedikit mendung, ia berjalan menaiki tangga dengan lemas. Tenaganya sudah habis digunakan untuk berlari tadi. Titik-titik keringat di dahi bahkan masih terlihat dengan jelas. Baru sampai di undakan nomor tiga, bel tanda masuk kelas sudah berbunyi. Freya mengeluh dalam hati, dengan sekuat tenaga menyeret kakinya berjalan lebih cepat menuju kelas.
Freya menutup buku tulisnya begitu Nanda memimpin salam kepada guru anda jam pelajaran berakhir. Ia mendongak, Ketika Yasa berdiri di depan mejanya.
"Bawa kamus Bahasa Inggris nggak?"
"Bawa." Freya menjawab dengan bingung. Tentu saja harus bawa, hari ini kan ad pelajaran Bahasa Inggris.
"Pinjem bentar dong."
"Buat apa?" Seingat Freya, hari ini tidak ada PR yang harus dikumpul.
"Pinjem aja, deh. Buruan nggak usah banyak nanya."
Freya mengeluarkan kamus dan menyerahkan ke Yasa. Begitu menerima kamus dari Freya, cowok itu melesat entah ke mana.
"Fe.." Mahira yang duduk di belakang memanggil.
"Apa?"
"Lo kok bisa mecahin kasus Khannaya bareng Yasa? Sejak kapan kalian deket sampe bisa mecahin kasus bareng?"
Yang bertanya memang hanya Mahira. Tapi Freya bisa merasakan ada telinga-telinga lain yang menyimak.
"Dari TK. Dia satu sekolah sama gue dari TK sampe sekarang."
Mahira mendekatkan diri ke arah Freya. Dengan suara pelan ia berbisik. "Temenan dari lama, lo nggak pernah kepincut gitu sama Yasa?"
"Iya, dia kan ganteng. Kalo udah temenan dari lama, pasti udah tau banget kan ya, sifat-sifatnya." Ghita yang duduk di seberang Freya ikut menimpali.
"Kalo gue sendiri sih..."
Teman-teman di sekitarnya beringsut mendekat. Tidak sabar dengan apa yang akan dikatakan Freya.
"Fe! Ayok jajan," Elia berseru di depan pintu.
Freya meringis. Ia sengaja memenggal kalimatnya karena sudah melihat Elia berjalan menuju kelasnya dari jendela. Seruan kecewa tidak bisa mereka tahan. Freya minta maaf sekilas dan berjalan menghampiri Elia.
Kantin ramai seperti biasa. Mungkin karena mereka keluar agak terlambat, mereka hampir tidak kebagian meja. Untungnya, saat pesanan mereka datang, Elsa yang sudah selesai makan, memberikan meja kepada mereka. Tidak ada yang bersuara saat makan. Elia hanya bilang, "Hari ini sotonya enak banget."
Lalu kemudian hening. Beberapa adik kelas maupun teman seangkatan menyapa Freya saat lewat. Freya membalasnya dengan canggung. Hal seperti ini dulu sangat akrab dengan dirinya. Kenapa tiba-tiba jadi canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Inside [END]
Teen FictionApa yang paling ditakutkan primadona sekolah? Kehilangan atensi. Freya hanya bisa menahan geram, saat semua perhatian yang biasanya tertuju padanya, kini berpindah pada orang lain. Khannaya. Murid baru yang sejak kehadiran pertama kali, berhasil m...