"Gue denger, lo ternyata ada kerekam CCTV masuk ke kamarnya Khannaya,ya, Fe?"
Tas yang hendak diletakkan di kursi tergantung di udara begitu saja. Freya mendongak,dengan mata menyipit menatap seseorang yang baru saja bicara padanya. Narasi yang dia gunakan itu seolah Freya masuk ke dalam kamar Khannaya tanpa sepengetahuan pemilik kamar.
"Lo tau dari mana?" Tapi dari pada membetulkan narasi Mahira, Freya lebih tertarik untuk mencari tahu dari mana Mahira mendengar kabar tersebut. Harusnya hanya polisi, orang-orang asrama dan dirinya yang tahu soal rekaman itu. Kecuali ada seseorang yang mengorek informasi dari sekitar. Freya melirik Zerin yang sedang duduk dengan kaki terlipat di atas kursi sambil menggerakkan jarinya di atas ponsel.
"Ada, deh. Lo nggak perlu tahu kayaknya." Jawaban Mahira membuat Freya naik pitam. Tanpa sadar, Freya meletakkan tas yang dia pegang dengan kasar ke atas kursi. Menimbulkan bunyi 'pletak' karena benda keras di dalamnya. Teman-teman menoleh ke arah Freya.
"Gue pikir gue perlu tahu. Karena itu ada hubungannya sama gue. Harusnya yang tahu soal rekaman itu orang-orang tertentu aja. Kenapa orang asing kayak lo bisa tahu? Gue curiga ada yang diem-diem nguping dan ngorek informasi dari orang-orang di dalem asrama." Freya melipat kedua tangan di depan dada. Matanya yang tajam menatap lurus ke arah Mahira.
"Memangnya kenapa kalo orang-orang tahu soal rekaman itu, Fe? Lo takut makin dicurigai?" Bukannya menjawab, Mahira justru mengajukan pertanyaan lain.
"Bukannya semakin orang itu takut kalo ada bukti yang terungkap, makin ngebuktiin kalo dia bersalah ya?"
Belum sempat Freya membuka mulut, Zerin yang sejak tadi diam, menyela terlebih dahulu. Rupanya meskipun diam, cewek itu menyimak dari tadi.
"Nggak usah giring opini gitu deh, Ze," ujar Freya sinis. Ia benci sekali dengan cara Zerin menggiring opini supaya orang-orang membenci dirinya.
Zerin terkekeh pelan. "Siapa yang giring opini sih, gue cuma ngomongin fakta."
"Fakta mana yang lo maksud?! Iya memang bener gue masuk ke kamar Khannaya, tapi Khannaya juga ada di situ. Bukannya gue masuk gitu aja. Jadi stop ya, nyebarin informasi sesat seolah gue masuk kamar Khannaya tanpa sepengetahuan yang punya kamar," papar Freya. Ia pikir teman-teman di kelas juga harus tahu tentang ini. Freya tidak mau ada yang salah paham karen ucapan Mahira dan makin menyudutkan posisinya.
"Ya udah dong kalo gitu nggak usah lebay responnya. Tinggal jelasin aja dari tadi. Pake tanya-tanya segala dapet informasi dari mana. Lo sendiri justru bikin orang lain berasumsi, tau," balas Zerin santai.
Padahal dari gelagatnya, Freya bisa tahu, Zerin lah yang menyebarkan informasi mengenai dirinya yang terekam dalam CCTV.
Freya membuang napas kasar, ia duduk di kursinya dan diam.
Tenang Fe, tenang. Jangan meledak di sini. Calm down
"Oh ya, bukannya kemarin elo juga sesumbar sama gue bilang bakal nemuin pelakunya ya?" Zerin tersenyum miring. Ekspresi penuh kemenangan terpampang jelas di wajahnya.
Freya memejamkan mata, tangannya terkepal, berusaha sekuat tenaga untuk tetap tenang dan tidak menghambur menjambak Zerin.
Zerina sialan.
Mata teman-temannya tertuju ke arah Freya. Kini hanya penyesalan yang bisa Freya terima. Ia sadar, betapa pentingnya untuk tetap diam dan jangan sesumbar meskipun kesal setengah mati. Apalagi di depan manusia seperti Zerina Juvanka.
"Gimana? Nggak jadi rencana lo untuk ungkap siapa pelakunya?" Zerin kembali melancarkan serangan.
"Jadi," ujar Freya mantap. Sudah kecemplung, kepalang tanggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Inside [END]
Teen FictionApa yang paling ditakutkan primadona sekolah? Kehilangan atensi. Freya hanya bisa menahan geram, saat semua perhatian yang biasanya tertuju padanya, kini berpindah pada orang lain. Khannaya. Murid baru yang sejak kehadiran pertama kali, berhasil m...