Bad Inside: 15

34 1 0
                                    

Hari-hari yang Khannaya lalui setelahnya adalah hari-hari terburuk sepanjang ia bersekolah di SMA Cakra Bhuana. Jika beberapa waktu yang lalu, saat ia menerima teror, para siswa diam-diam berbisik saat dirinya lewat, kali ini mereka terang-terangan menunjukkan wajah sinis. Padahal tidak tahu apa masalah sebenarnya. Rupanya, berita yang disebarkan oleh geng Rebecca adalah, Khannaya mencuri kesempatan untuk sering dekat-dekat dengan Agam karena ruang ekskul mereka berdekatan.

Ada juga yang menyebut kalau Khannaya sering modus dan memanfaatkan Agam yang pada dasarnya memang ramah kepada siapa saja. Rumor-rumor yang disebarkan itulah yang membuat para siswi bersikap sinis kepada Khannaya. Agam itu incaran banyak orang. Kalau tidak ada dari mereka yang bisa memilikinya, maka orang lain juga tidak boleh. Secara tidak langsung, mereka mendukung Rebecca untuk memberi 'pelajaran' kepada Khannaya.

Meskipun kesal dengan perlakuan orang-orang yang sebenarnya tidak tahu apa pun itu, Khannaya merasa sedikit bersyukur karena teman klub dan teman sekelasnya adalah orang-orang yang 'waras' mereka tidak mudah termakan gosip. Sekalipun di kelas mereka ada kutu loncat tukang sebar gosip. Di klub teater, ada Sella yang meskipun sering ketus, selalu berkata kepada Khannaya,

"Nggak usah diladenin. Gue tahu bukan salah lo, kok. Rebecca emang sinting dari dulu,"

Dan di kelas, meskipun teman-temannya kebanyakan diam jika di luar kelas, ada Jemilyn yang sama ketusnya dengan Sella tapi ternyata baik. Contohnya kejadian di perpustakaan barusan. Saat mereka sedang mencari buku untuk referensi tugas dan ada yang berbisik secara terang-terangan, Jeje langsung berseru,

"Kalian punya mulut cuma dipake buat ngegosip, tah? Jangan jadi orang tolol yang suka ngomongin hal yang bahkan kalian nggak tau kebenarannya, deh."

Siswi yang sedang bergosip itu langsung menutup rapat mulutnya. Jeje yang terlihat tomboy dan berwajah jutek, sepertinya membuat mereka merasa terintimidasi.

"Makasi ya, Je. Udah belain," ujar Khannaya.

"Laen kali kalo emang nggak bener, lo harus berani lawan. Jangan malah diem aja dan biarin orang-orang seenaknya sama elo," balas Jeje pedas. Cewek itu berjalan meninggalkan Khannaya dan menuju meja peminjaman buku.

Freya yang kebetulan ada di situ, mendatangi Khannaya dan menepuk bahunya pelan. "Maklumin aja, ya. Jeje emang kayak gitu anaknya. Tapi dia baik kok, aslinya."

Khannaya mengangguk sembari tersenyum, mendapat penghiburan dari Freya. Khannaya bukan tidak bisa membela dirinya sendiri, ia terlalu merasa itu hal yang ribet. Jika dibiarkan juga lama-lama akan hilang.

Tapi ternyata persepsinya salah, ada saja orang yang mengusik Khannaya meskipun ia tidak melakukan apapun.



***


Freya mengecek ponselnya, menunggu balasan dari Khannaya. cewek itu berniat untuk memulangkan buku City of the Beast hari ini. dan Khannaya bilang akan menemuinya di kantin dekat lapangan basket outdoor. Khannaya juga bilang baru saja membeli buku baru dan Freya ingin melihatnya. Siapa tahu dia tertarik dan ingin membeli juga. Freya melirik pesan yang ia kirim sekali lagi. Hanya ceklis satu.

Kemana sebenarnya Khannaya? Apakah dia ketiduran?

Freya berjalan sendiri, hendak langsung ke kantin. Koridor hari ini cukup lengang. Alasannya adalah karena ini hari sabtu. Sekolah libur dan hanya ada beberapa anak yang ikut kegiatan ekstrakurikuler yang berada di sini. Termasuk Freya. Khannaya ternyata sudah sampai di kantin. Cewek itu sedang berdiri mematung, Freya melambaikan tangan hendak berseru memanggil Khannaya, tapi seruannya tertahan. Mata Freya menyipit, mengikuti arah pandang Khannaya.


Bad Inside [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang