2

5.3K 432 22
                                    

Mata Aldo terbelalak melihat panggilan masuk dari Shani, kakak tertua dari Azizi. Dia meneguk ludahnya susah payah, tangannya tiba-tiba saja bergetar. Shani pasti bertanya tentang Azizi. Apa yang harus dia katakan kepada Shani?

Dengan ragu, Aldo memencet tombol hijau hingga panggilan tersebut tersambung.

"H-hal–"

"Mana Azizi?" sambar Shani diseberang sana.

"U-udah pulang ci.. barusan banget." Aldo benar-benar gugup.

"Bener?"

"Bener ci, tadi di anter Febrian."

"Kenapa kok bisa sampe dianter Febrian?"

Aldo merutuki mulutnya sendiri.

"I-itu.. a-anu ci."

"Kenapa Aldo? Zee kenapa sampai harus dianter Febrian? Dia sakit? Atau kenapa?" Shani terus mendesaknya.

Pandangan Aldo mengedar, semua manusia sibuk dengan kegiatan masing-masing membuat Aldo tidak bisa meminta bantuan kepada siapapun.

"Dia gak bawa kendaraan. Mobilnya ditinggalin di kantor, dia kesini naik gojek." Aldo terpaksa berbohong, karena ia tau Azizi akan habis oleh Shani jika wanita itu tau Azizi mabuk.

"Yaudah, kalo gitu makasih ya Do."

Aldo menghela nafasnya lega ketika panggilan itu terputus. Shani benar-benar menyeramkan.

Chika terusik dari tidurnya ketika cahaya masuk melalui celah jendela. Mata Chika terbelalak melihat Azizi tidur disampingnya dengan menghadap kearahnya. Mereka tidur satu ranjang semalam?

Ah Chika ingat sesuatu.

Malam tadi..

"Makasih Sha.."

Chika tidak mendengar betul ucapan Azizi. Ia hanya bisa mendengar kata terimakasih.

Setelah itu Chika membukakan sepatu dan juga jas yang masih melekat di tubuh Azizi. Aroma alkohol itu sangat menyengat. Chika tidak menyangka manusia dingin seperti Azizi ternyata berani mengonsumsi alkohol.

Setelah semuanya selesai, Chika mematikan lampu kamar Azizi agar Azizi bisa istirahat dengan tenang.

Baru satu langkah keluar kamar Azizi, Chika bisa mendengar suara Azizi yang memanggil namanya. Chika pun berbalik, kembali menghampiri Azizi.

"Kenapa Zee?"

Tanpa berbicara apapun, Azizi menarik tubuh Chika hingga terjatuh ke pelukannya. Chika sampai menahan nafas, bukan karena apa-apa. Tapi karena aroma alkohol yang sangat menyengat dari mulut Azizi.

"Tidur disini, sama guee.." Azizi menidurkan Chika di sebelahnya, tangannya memeluk perut Chika dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Chika.

Chika membeku, otaknya bahkan tidak bisa bekerja dengan baik saat ini.

Azizi yang merasakan pergerakan disampingnya menjadi terusik. Dia membuka matanya perlahan, ia meringis ketika kepalanya berdenyut hebat.

"Zee.." panggilan itu membuat Azizi mendongak, matanya bertemu dengan Chika. Ia heran, kenapa Chika bisa berada di kamarnya sepagi ini?

"Mau minum?"

Setelah mendapat anggukan, Chika mengambil air di nakas dan memberikannya pada Azizi.

"Lo semalem mabuk." ucap Chika sambil berjalan menaruh gelas bekas Azizi minum.

Azizi menatap Chika. "Kenapa lo bisa ada dikamar gue?"

Chika menatap Azizi dengan alisnya yang terangkat. Pertanyaan bodoh macam apa itu? "Lo yang nyuruh gue tidur disini."

Azizi; SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang