Azizi memacu kendaraannya dengan sedikit ugal-ugalan. Guna cepat sampai ke tempat yang ingin ia tuju.
Tatapan matanya menajam, dia menyalip mobil lain dengan sangat lihai. Hingga beberapa menit setelahnya, dia sampai ke tempat yang di tuju. Dia membuka pintu mobil dengan kasar, segera masuk ke dalam dengan pakaian yang sedikit berantakan.
Azizi berlari dengan telepon yang menempel di telinga, guna menanyakan keberadaan seseorang. Dia menerobos orang-orang yang sedang berjoget ria tak beraturan. Azizi muak dengan bau alkohol yang menyeruak, serta lampu kelap-kelip yang membuat nya pusing.
Nafas Azizi terengah-engah dengan keringat membanjiri pelipisnya. Matanya menajam saat melihat Chika yang sudah tepar di sofa.
"Kak Dey.."
Wanita bernama Dey itu menoleh, dia bernapas lega melihat kedatangan Azizi.
"Langsung aku bawa pulang ya kak? Makasih udah jagain Chika."
"Iya, Zee.. kalo kalian emang lagi ada masalah, tolong di selesain baik-baik ya?"
Azizi mengangguk, lalu segera membopong tubuh Chika menuju mobil.
***
Mobil yang di kendarai Azizi pun tiba di kediaman mereka. Azizi segera membawa Chika ke dalam rumah.
Dengan susah payah, Azizi memutar kunci rumahnya, hingga akhirnya dia berhasil. Rumah yang sunyi menyambut kepulangan mereka.
Azizi langsung membawa langkahnya menuju kamar mereka yang berada di lantai dua.
Azizi membaringkan tubuh Chika dengan hati-hati di ranjang. Azizi tidak langsung beranjak pergi, dia amati dengan lekat wajah cantik milik istrinya ini.
"Kalian kalo lagi ada masalah, tolong di selesain baik-baik ya?"
"Masalah apa yang kak Dey maksud, Chik? Kita baik-baik aja kan? Apa yang lo sembunyiin dari gue?" tangan Azizi mengelus rambut pirang Chika.
Setelah puas memandangi wajah sang istri, Azizi pun beranjak pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang sudah lengket.
Saat selesai mandi, hujan tiba-tiba saja turun membasahi bumi yang semakin larut ini. Azizi menarik kursi kerja nya, mendudukkan tubuh disana. Merenungkan semua yang terjadi hari ini.
Apa yang sebenarnya terjadi terhadap Chika? Masalah sebesar apa yang sedang Chika hadapi? Hingga bukan dirinya lagi yang Chika jadikan pelarian, melainkan minuman haram bernama alkohol itu. Azizi membenci dirinya sendiri, karena telah lalai menjaga istrinya.
Malam semakin larut, Azizi masih terjaga dari tidurnya. Dia tidak bisa menutup matanya barang sekejap, otaknya terlalu penuh untuk sekedar beristirahat.
Gemuruh guntur membuat malam yang sunyi nan gelap ini semakin terasa mencekam, apalagi dengan keadaan hati Azizi yang sedang kurang baik ini.
Azizi gelisah, harus kepada siapa dia meminta ketenangan? Kedua cici nya pasti sudah beristirahat jam segini, dia tidak ingin menganggunya.
Malam berganti pagi, Chika terbangun dari tidurnya dengan kepala yang berdenyut hebat. Dia langsung berlari menuju kamar mandi saat merasakan mual. Chika menumpahkan isi perutnya di wastafel.
Chika membasuh wajahnya, kedua tangannya berpegangan pada dua sisi wastafel. Tatapannya mengarah pada pantulan dirinya di cermin.
Tubuh Chika benar-benar lemas, ia melangkah pelan kembali ke kamarnya. Tatapannya jatuh pada suaminya yang masih bergelung dibawah selimut, kerutan di dahi lelaki itu menandakan bahwa Azizi gelisah didalam tidurnya.