"Chik.. sakit perut." rengek Azizi, dia menenggelamkan wajahnya di perut Chika dengan posisi tengkurap.
"Di bilang jangan minum kopi banyak-banyak, ngeyel." ketus Chika, mulai menyingkap sedikit kaos Azizi, mengurut punggung Azizi dengan pelan.
"Minum obat ya?" tawar Chika ketika merasakan suhu tubuh Azizi sedikit naik.
Azizi menggeleng pelan, dia mengeratkan pelukannya.
"Bandel banget abisnya. Kalo udah gini, siapa yang sakit? Lo sendiri! Bego banget sih lo."
"Kok lo tega sih ngebego-begoin suami sendiri.." lelaki itu masih tak mau memunculkan wajahnya.
"Ya emang lo bego!"
"Ayo bobo, Chika.."
Chika menghela nafasnya, dia melirik jam dinding di kamar yang menunjukkan pukul 8 malam.
"Yaudah, jangan gini posisinya."
"Tapi mau peluk.." Azizi mengangkat kepalanya, dia mengeluarkan jurus puppy eyes.
"Iya bayiiii." gemas Chika, mencubit kedua pipi Azizi.
Perlahan, Chika mulai mengenal sifat asli Azizi yang sangat manja dan menyebalkan. Entahlah harus mendefinisikan seperti apa perasaan yang belakangan ini mencuat.
Chika belum siap jika harus menjatuhkan hatinya kepada Azizi.
Azizi membaringkan tubuhnya di space kosong. Kemudian di susul oleh Chika yang baru saja selesai mematikan lampu kamar. Walaupun ia tak yakin akan ikut tidur di jam segini, tapi ia tau Azizi tak akan bisa tertidur jika lampu menyala. Terkecuali ketika lelaki itu sedang benar-benar kelelahan.
Azizi menggeser posisi nya menjadi semakin dekat dengan istrinya. Dan ya, dia memeluk Chika dengan wajah yang dia benamkan di ceruk leher Chika. Ini adalah posisi tidur yang paling ia sukai. Karena ia bisa mencium aroma tubuh Chika yang begitu menenangkan.
"Masih sakit perutnya?"
Azizi mengangguk. "Gue cuma perlu tidur." mata lelaki itu mulai tertutup pelan. Usapan Chika di kepalanya semakin membuat dia mengantuk, dan selang beberapa menit, mimpi pun datang menjemput lelaki itu.
***
Azizi berdecak kesal, waktu makan siangnya selalu tidak tenang ketika dua wanita itu datang.
Iya, Lala dan Fiony. Kedua wanita itu sungguh tak pernah membiarkan Azizi beristirahat dengan tenang.
"Teo.." panggilan Fiony memasuki gendang telinga Azizi, dan berhasil membuat bulu kuduk Azizi berdiri, mengerikan.
"Iya Kak.." jawab Azizi.
Fiony kini mendaratkan tubuhnya disamping kanan Azizi, dan Lala di samping kirinya. Di tangan mereka terdapat sebuah kotak bekal yang sepertinya akan di berikan untuknya.
Azizi harus berbuat sesuatu. Dia mencari kontak istrinya dan segera menghubungi nya melalui panggilan video.
Helaan nafas lega keluar dari mulut Azizi ketika Chika dengan cepat menjawab panggilannya.
"Sayanggg." Azizi tersenyum dengan mata mengkode.
"Waktunya makan siang. Bekal dari aku di makan ya sayang."
Azizi merasa bangga mempunyai istri yang bisa di ajak bekerja sama.
Fiony dan Lala merasa terbakar mendengar semua itu. Raut wajahnya berubah masam seketika.
"Pulang nanti mau aku bawain apa?" Azizi tersenyum puas melihat Fiony dan Lala kesal.
"Aku pengen kamu aja.."
![](https://img.wattpad.com/cover/311434733-288-k8513.jpg)