19

4.3K 449 31
                                    

Azizi yang sedang membaca majalah sontak mengalihkan pandangannya saat mendengar suara decitan pintu.

"Loh? Tumben udah pulang?" Azizi berdiri menyambut Chika yang baru saja pulang. Tumben sore-sore gini udah pulang.

Chika hanya mengangguk lemas, ia menyalimi suaminya.

"Sebentar," Azizi menahan lengan Chika yang hendak kembali pergi.

Azizi mengangkat dagu Chika, bibir Chika terlihat pucat pasi dengan mata sayu nya. "Are u okay?"

"Gue baik-baik aja, Zee."

"Gue ke kamar." Chika melangkah pergi meninggalkan Azizi yang tampak kebingungan.

Sesampainya di kamar, Chika langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Sungguh, hari ini badannya terasa lemas sekali. Sepertinya ia kecapekan karena akhir-akhir ini jadwalnya sangat padat.

"Chik.." Azizi berdiri di ambang pintu, ia menatap Chika yang berantakan kali ini. Tas yang biasanya di taruh di tempat semula, kini di taruh sembarang oleh Chika.

"Why? Jangan bikin gue khawatir gini." Azizi duduk di tepian kasur, ia mengusap rambut pirang Chika dengan lembut.

"Cuma gak enak badan aja." jawab Chika, suaranya pun parau.

"Serius?"

Chika mengangguk.

Azizi mengecup puncak kepala Chika. "Badan lo panas, kita ke dokter ya?"

"Ngga mau,"

"Minum obat?"

"Gamau juga."

Azizi menghembuskan napas berat. "Lo harus minum obat, Chika."

"Gue gamau, Zee. Udah ah gue mau tidur!" Chika pun mulai memejamkan matanya.

Azizi pun beranjak dari duduknya, berjalan keluar kamar menuju dapur.

Beberapa saat kemudian, Azizi kembali ke kamar dengan membawa baskom berisi air serta handuk kecil. Dia akan menggunakan handuk itu untuk mengompres dahi Chika.

Selesai mengompres Chika, Azizi pun membereskan barang-barang Chika yang lumayan berantakan. Dia menggantungkan tas Chika di belakang pintu, lalu menaruh sepatu Chika di rak, beberapa make up juga turut Azizi bereskan.

Setelah itu, Azizi kembali pergi keluar kamar. Dia akan membuatkan bubur untuk Chika.

Setelah hampir tiga jam tertidur, Chika pun bangun dari tidurnya karena merasakan tubuhnya menggigil, ia semakin merapatkan selimut ke tubuhnya. Matanya mencari-cari keberadaan Azizi.

"Zee?" panggil Chika, suaranya semakin serak.

Suara gemericik air dari kamar mandi seolah menjadi jawaban, selagi menunggu Azizi. Chika kembali memejamkan matanya.

Beberapa menit setelahnya, Chika bisa mendengar suara pintu kamar mandi terbuka. Lantas, ia pun menoleh.

"Loh, kebangun?" Azizi langsung menghampiri Chika, handuk bahkan masih melilit di pinggangnya, dia baru saja selesai mandi.

"Dingin, pusing." keluh Chika.

Azizi menatap Chika dengan tatapan khawatir, ia menempelkan punggung tangannya di dahi Chika. Ternyata panasnya masih tinggi.

"Makan dulu yuk? Nanti minum obat. Gue udah buatin lo bubur."

Chika menggeleng, "Gamau."

"Sedikit aja.."

Dengan sedikit rayuan dan paksaan, akhirnya Chika pun mau makan. Azizi menyuapi Chika dengan telaten, matanya tak pernah lepas memandang wajah Chika yang kali ini tampak lusuh dan pucat.

Azizi; SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang