7

4.2K 444 34
                                    

Rumah ini di jual.

Deg.

Jantung Gracia berhenti berdetak sejenak melihat sebuah tulisan di depan gerbang rumah Azizi.

Dua minggu telah berlalu. Sejak hari itu, Azizi tidak pernah lagi menampakkan dirinya di hadapannya maupun keluarga yang lain.

Tidak mungkin Azizi dengan semudah itu menjual pemberian sang ayah.

Setiap hari Gracia dan Shani bergantian mendatangi rumah adiknya tersebut. Berharap adiknya pulang dan mau menemuinya. Namun, hasilnya nihil. Azizi tidak pulang, dia pergi entah kemana.

Semua komunikasi Azizi putuskan begitu saja. Rasanya sekarang hidup Gracia hampa kehilangan dua adiknya sekaligus.

Christy.

Adik perempuannya itu memilih untuk tinggal di luar kota bersama dengan ibu dari Keenan.

Tentu saja, ini adalah hal yang paling berat untuk Gracia maupun Shani. Kehilangan kedua adik kesayangannya.

"Ini lebih berat dari yang aku bayangin, Mas." tubuh Gracia sedikit oleng karena lututnya terasa begitu lemas.

Riven dengan sigap menahan tubuh istrinya. "Azizi pasti pulang, sayang.." Riven memeluk Gracia.

"Tapi kapan?" mata Gracia berkaca-kaca. Satu kedipan saja, air mata akan jatuh ke pipinya.

"Entah itu kapan. Aku yakin Azizi dan Christy pasti kembali ke kalian. Sejauh apapun mereka pergi, rumahnya tetap kalian."

"Zee ayo makan dulu.."

Yang di panggil namanya tidak menyahut. Pandangannya lurus ke depan dengan tatapan kosongnya.

Di beberapa bagian tubuhnya terdapat alat medis sebagai penopang hidup lelaki itu.

Iya, Azizi sakit.

Penyakit jantung yang sebelumnya sudah bersarang di tubuh Azizi kembali kambuh satu hari setelah malam itu. Azizi di rawat hingga hari ini karena kondisinya tidak kunjung membaik.

"Zee.. gue suapin ya?"

Chika mulai menyodorkan sesendok nasi ke mulut Azizi. Namun Azizi dengan lembut menepisnya.

"Jangan tinggalin gue Chika. Gue udah gapunya siapa-siapa." kalimat itu entah sudah berapa kali Chika dengar dari mulut Azizi.

Chika menaruh piring ke nakas, ia meraih tangan Azizi dan menggenggamnya dengan erat. "Iyaa, gue gak akan ninggalin lo, Zee. Sekarang, makan dulu ya? Kalo masih gamau makan, gue bakal bongkar keberadaan kita."

Akhirnya Azizi mengangguk.

Chika pun dengan telaten menyuapi Azizi. Selama Azizi terbaring di rumah sakit. Chika lah yang dengan sabar mengurusnya. Sedikitnya, Chika sudah berhasil mengetuk pintu hati Azizi.

Suapan terakhir Chika berikan untuk Azizi. Setelah itu ia hadiahi kecupan hangat di dahi Azizi.

"Makan terus yang banyak, biar cepet sembuh. Oke?" Chika mengumbar senyum cerianya meski hatinya meringis melihat kondisi suaminya ini.

Azizi mengangguk pelan dengan senyum tipisnya.

Berikutnya, Azizi kembali melamun. Dia khawatir dengan keadaan Christy. Dari informasi yang dia dapat, Christy memilih pergi dari rumah Shani dan tinggal di Semarang, tepatnya di rumah kakek dan nenek nya.

***

Berita tentang hilangnya adik dari dokter ternama menyebar begitu saja ketika Shani memberanikan diri untuk melapor ke polisi.

Azizi; SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang