Azizi menahan lengan Marsha, namun langsung di tepis begitu saja oleh gadis itu.
"Dengerin aku dulu.." Azizi memohon.
Marsha seolah tutup telinga, ia tidak mau mendengarkan apapun ucapan Azizi.
"Marsha. Aku punya penjelasan, tolong dengerin dulu. Semuanya gak kaya yang kamu pikirkan Sha."
"Terus apa?! Kamu jalan sama Ashel sambil gandengan tangan maksudnya apa Azizi?!" Marsha berteriak tepat di depan wajah Azizi. Ia hilang kendali
Mata Azizi terpejam erat mendengar teriakan kekasihnya. Tangannya mengepal erat guna melampiaskan emosi yang tidak mungkin ia lampiaskan kepada Marsha.
"Aku cuma butuh partner buat jalan aja Shaa, gak lebih. Aku gandeng tangan dia karena kita abis nyebrang waktu itu."
"Kenapa harus Ashel? Kamu punya aku, kamu punya Christy. Kenapa harus Ashel?!"
"Kamu anggap aku apa Azizi?" suara Marsha merendah.
"Kamu bilang kamu sibuk kan kemarin? Aku juga gak bisa ajak Christy karena dia lagi kerja kelompok. Aku ajak dia cuma buat ngusir jenuh."
"Tapi dia Ashel, Zee! Mantan kamu! Gimana perasaan kamu kalo aku diam-diam masih sering jalan sama mantan aku? Gimana?!"
"Aku capek Zee. Kamu gak pernah ngertiin perasaan aku!"
"Kapan? Kapan aku gak ngertiin perasaan kamu?! Setiap kamu jalan sama cowok lain apa aku pernah marah sama kamu? Ngga kan Sha? Aku selalu memaklumi semuanya Sha, karena aku sadar aku sibuk. Aku sadar aku gak bisa selalu ada di samping kamu!"
"Kamu selalu mengekang aku, tapi kamu sendiri ngga mau di kekang." lanjut Azizi.
"Kamu mau bebas? Aku bisa lepasin kamu sekarang juga!"
"Kenapa pikiran kamu selalu kearah sana? Aku bahkan gak pernah punya pikiran sampai kesana Sha. Ada apa sama kamu? Mana Marsha yang dulu aku kenal? Mana?!"
Azizi menangkup pipi Marsha. Air mata perlahan turun dari kedua mata Marsha. Mereka saling bertatapan, menyorotkan luka masing-masing.
"Kamu nyakitin aku Zee.." lirih Marsha di sela-sela isakannya.
"Aku tau kamu masih sering nemuin Ashel di belakang aku. Aku tau Zee." air mata Marsha semakin deras.
"Kalo hati kamu masih buat Ashel, kenapa kamu maksain buat jalin hubungan ini sama aku?"
Azizi menggeleng. "Aku berani menjalin hubungan sama kamu karena perasaan cinta aku udah sepenuhnya hilang buat Ashel, Sha. Ashel hanya masalalu aku, udah ya?" Azizi menarik tubuh Marsha ke dalam pelukannya. Membiarkan kekasihnya menangis dengan puas didalam pelukannya.
"Aku cuma takut Zee. Aku takut kembali kalah sama dia. Kamu tau kan secinta apa Ashel sama kamu? Aku takut kamu kembali luluh sama dia, terus ninggalin aku."
"Buang jauh-jauh pikiran itu sayang. Mau bagaimanapun, kamu tetep pemenangnya. Aku udah jatuh, sejatuh-jatuhnya sama kamu." Azizi mengecup bahu Marsha sambil mengusap kepala belakang Marsha.
"Aku Sha yang seharusnya takut.. bukan kamu." ucap Azizi di dalam hati.
"Maaf udah teriakin kamu tadi. Aku hilang kendali." sesal Marsha.
"Gapapa. Lebih baik kamu teriakin aku, kamu tampar aku, daripada kamu cuma diem aja. Itu akan semakin memperburuk hubungan kita. Aku juga minta maaf atas kesalahan aku kemarin dan hari ini. Aku akan berusaha buat gak ngulangin kesalahan yang sama. Aku sayang sama kamu Shaa, banget."
***
"Lama-lama hubungan pertemanan aku sama Zee bakal hancur Shel kalo kamu terus-terusan kaya gini."