6

192 30 6
                                    

"Izinkan aku Mendekati dan memperjuangkan Bona Sunbae." Tiba-tiba Juyeon sambil menatap Dohwan dengan wajah seriusnya.

Mereka yang mendengar tantangan yang diberikan Juyeon kembali membelalakan mata mereka, tidak percaya dengan apa yang dikatakan Juyeon.

Bisa-bisanya Juyeon meminta izin untuk mendekati dan berniat untuk merebut Bona dari kekasihnya.

Wajah Dohwan sudah memerah dan rahangnya sudah mengerat menahan emosi yang bisa meledak kapan saja.

"KAU GILA.!" Teriak Bona tidak percaya dengan apa yang Juyeon inginkan.

"Hei bung, kau bercanda bukan.?" Seola mencoba menenangkan suasana.

"Apa wajahku terlihat sedang bercanda.?" Dengan wajah dinginnya Juyeon mengalihkan pandangnnya ke arah Seola.

Mereka yang melihat mimik wajah Juyeon menyadari bahwa apa yang Juyeon tuturkan bukanlah bualan semata dan bukan pula candaan yang sedang Juyeon lontarkan.

"Leluconmu tidak lucu sama sekali." Akhirnya Dohwan membuka suaranya, mencoba untuk tenang.

"Lelucon? Jika kamu menganggap cinta sebagai lelucon, aku akan sangat kecewa kepadamu Sunbae." Juyeon kembali menatap Dohwan.

"Apa kamu takut Sunbae? Apa kamu tidak percaya dengan cinta Bona Sunbae kepadamu? Kamu ragu, iya kan DoHwan Sunbaenim.?" Lanjut Juyeon menekan kalimat akhirnya dengan semirik diwajahnya.

Dohwan mengalihkan pandangannya kearah Bona, Dohwan melihat Bona sedikit menggelengkan kepalanya pertanda bahwa dia tidak setuju dengan tantangan yang di berikan oleh Juyeon kepada kekasihnya itu.

"Apa kau takut Sunbae.?" Lagi, Juyeon kembali memancing emosi yang sedang Dohwan dan Bona tahan.

"CUKUp."

"Baiklah." Dohwan memotong teriakan Bona yang mencoba mengentikan aksi dari seorang Son Juyeon yang kali ini Bona rasa sudah sangat keterlaluan dan gila.

"Tiga bulan, aku membutuhkan izinmu selama tiga bulan kedepan. Dan setelah tiga bulan, apapun keputusan Bona Sunbae baik aku ataupun Dohwan Sunbae harus menerima keputusan itu." Juyeon melanjutkan tantangannya.

Bona yang kehabisan kesabaran menyambar tangan Dohwan dan menariknya menjauh dari Juyeon dan keempat sahabatnya untuk berbicara empat mata dengan kekasihnya itu.

Sesampainya di dapur Bona langsung melepas tangan Dohwan, dengan mata yang terpejam Bona menarik dan melepas panjang nafasnya mencoba mengontrol kembali emosinya yang sedikit lagi meledak.

"Sayaa."

"Kenapa Oppa menyetujuinya.?" Pertanyaan Bona memotong kalimat yang akan Dohwan ucapkan.

"Sayaang~" Dohwan meraih pundak Bona dan membalikkan tubuh mungil Bona agar berhadapan dengannya.

"Kenapa Oppa? Kenapa kamu menyetujui permintaan orang gila itu.?" Bona kembali bertanya.

"Sayang, aku percaya kepadamu. Selama dua tahun ini kamu sudah cukup membuat aku sangat percaya kepada mu sayang." Dohwan menangkup pipi Bona, sedikit mengelusnya dengan lembut, menatap mata Bona yang masih memendam emosi.

"Tapi Oppa."

"Sttttt, selama ini sudah banyak yang mendekatimu, mengutarakan cinta mereka kepada kekasihku ini, bahka beberapa dari mereka menemui calon mertuaku dan memintamu untuk mereka pinang. Dan lihatlah, sekarang, hari ini, detik ini kamu masih menjadi milikku. Aku memang kesal dengan tantangan yang Juyeon berikan. Tapi dengan semua yang sudah kamu perlihatkan sampai saat ini, bukti yang sudah jelas bahwa kmu masih menjadi milikku dan aku yang selalu menang dari orang-orang itu. Lalu apa yang harus aku takutkan? Kamu yang menjadi alasanku untuk tidak ragu dengan dirimu." Dohwan dengan tutur yang lembut meyakinkan Bona dengan keputusannya.

PROMISE (Eunseo-Bona "EunBo")Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang