22

189 31 12
                                    

Juyeon yang pulang lewat tengah malam disambut oleh Tuan Son yang masih terjaga ditemani laptopnya.

“Bagaimana.?” Tanya Tuan Son.

Juyeon yang baru saja membuka pintu kulkas menutupnya kembali dan berjalan menghampiri Tuan Son.

“Duduklah.!” Perintah Tuan Son.

Juyeon hanya menurut dan duduk disamping Tuan Son.

“Jadi bagaimana.?” Tanyanya lagi.

Juyeon yang mengerti arah pembicaraan Tuan Son menghela nafasnya, Papahnya itu tidak bertanya mengenai waktu kepulangnya ataupun keadaannya.

Juyeon tau jika Tuan Son sedang menagih janjinya. Dia tersenyum menatap sosok orang tua dihadapannya “Aku kalah.” Ujarnya dengan suara yang sangat halus dan tenang.

Tuan Son yang tidak berpikir akan mendapatkan jawaban itu menatap Juyeon dengan wajah yang sulit diartikan “Memalukan.!” Satu kata yang keluar dari Tuan Son membuat Juyeon terkekeh.

“Wajah setampan ini tidak bisa memikat wanita.?” Lanjutnya sambil menangkup dan menggerakkan wajah Juyeon kekiri dan kekanan, tidak habis pikir.

“Hahahaha, aku tau Papah akan berkata seperti itu.” Juyeon tidak bisa menahan tawanya.

“Papah jadi penasaran dengan wanita yang sudah menolakmu.”

“Tidak perlu, Juyeon yakin Papah akan menyukainya.” Dengan bangga dia masih saja mengagungkan sosok Bona.

Tuan Son menautkan bibirnya, menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan ucapan putranya.

“Baiklah sepertinya kita berdua tau apa yang akan terjadi selanjutanya.” Ucap Juyeon sambil berdiri dari kursi dan merapihkan celananya.

“Siapkan dirimu, tidak perlu takut.” Tuan Son kembali fokus pada laptopnya.

“Pap.” Ucap Juyeon sedikit ragu.

Tuan Son kembali menatap putranya “Kenapa.?”

Juyeon berpikir sejenak “Emmm,,, Sebelum kita berangkat, apa boleh aku pergi malam.?” Tanyanya sedikit takut.

“Hanya satu minggu, aku janji.” Lanjutnya.

Tuan Son menghela nafasnya, berpikir keputusan apa yang harus dia ambil “Apa obat yang kamu minta pada Dokter Lee sudah kamu terima.?” Bukannya menjawab, Tuan Son malah menanyakan hal lain.

“Tadi siang aku baru menerima pesan dari Dokter Lee. Beliau bilang, hari ini sudah bisa diambil, tapi aku akan mengambilnya besok sore.”

Juyeon disibukkan dengan ujian hari terakhirnya dan juga festival yang memang berlangsung hingga malam, sehingga dia tidak bisa menemui Dokter Lee yang sudah mengirimnya pesan sedari siang tadi.

Sambil menganggukkan kepalanya Tuan Son mengerti “Baiklah, kamu boleh keluar malam.” Putusnya, toh Dokter kata bahwa alkohol tidak berefek dan membuat keadaan putranya memburuk.

“Tapi tidak untuk balapan. Papah tidak mengizinkannya. Tidak ada perkelahian, cukup malam ini saja. Dan terakhir, tinggalkan sepedah motormu di rumah. Sebagai gantinya, gunakan saja mobil.” Lanjutnya memperingatkan.

Tuan Son bukannya tidak menyadari luka lebam pada sudut bibir Juyeon, hanya saja Tuan Son tidak ingin membesarkan masalah yang kecil. Toh lukanya tidak terlihat parah, Tuan Son pun tau bahwa lawan Juyeon lah yang sudah kehilangan mukanya. Dia sangat percaya pada kemampuan sang putra.

“Aku mengerti.” Jawab Juyeon sambil melangkahkan kaki menuju kamarnya.

Matamu tidak bisa berbohong nak.’ Batin Tuan Son melihat punggung yang semakin menjauh dan menghilang dibalik pintu.

PROMISE (Eunseo-Bona "EunBo")Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang