27

195 31 17
                                    

Sttttt,,,, Ahhhhhh,,,,, ehmmmm,,,,,” Juyeon terus saja mengeluarkan desisan, dibalik selimut tubuhnya menegang dan menggelinjang gusar.

Sampai akhirnya teriakan tertahan dengan nafas berat terdengar “Akhhhh...... emhhhhmm..... hahhhh.....”

Bona masih mematung mencerna apa yang sedang terjadi kepada Juyeon.

Juyeon yang semakin gusar tidak lagi dapat menahan dirinya sendiri, dengan kasar menyibakkan selimut berlari menuju kamar mandi dan menguncinya.

Seakan tidak diberi waktu untuk berpikir Bona dibuat kebingungan dengan tingkah Juyeon.

Didalam kamar mandi dengan tergesah Juyeon membuka kloset “Uwekkkk,,,, Uweeekkk,,,,, Uuuwekkkk,,,, Uhukk,,, Uhukkk,,,” Makanan yang Juyeon makan sesaat tadi dia keluarkan kembali.

Akhhhh,,,,, AhhaAhhhh,,, Stttt....” Juyeon memegang perut bagian kanannya yang mulai terasa menyakitkan.

Susah payah Juyeon bangkit dari bersimpuhnya, dengan tangan yang masih menekan perut kanan bagian bawanya dia tertatih berjalan keluar.

Bona masih membatu melihat Juyeon keluar dari kamar mandi, sungguh dia sama sekali tidak bisa perpikir apa yang sedang terjadi kepada manusia yang sangat dia benci itu.

Dengan nafas berat dan rintihan yang sesekali Juyeon keluarkan, dia masih memaksakan kakinya untuk berjalan menuju lemari. Ketika dia membuka lemari itu, Juyeon menemukan apa yang butuhkannya.

Juyeon mengambil sebuah koper berukuran kecil dengan pengamanan pin dan sidik jari. Dengan terburu Juyeon menguatkan dirinya kembali masuk kedalam kamar mandi duduk diatas toilet, dia membuka koper itu dan mengambil suntikan mengisinya dengan beberapa ampul obat dan menyuntikkannya keperutnya.

Aishhhh,, kenapa rasa sakit ini tidak mau hilang juga.” Gerutunya setelah menunggu beberapa saat, dan beberapa suntikan tidak juga membuat rasa sakitnya mereda.

Obat yang saat Juyeon gunakan merupakan obat yang memiliki dosis dua kali lipat dari obat yang biasa dia gunakan, dia sangat takut kejadian seperti ini terjadi, karena dulu dia pernah merasakannya dan berakhir dengan menginap dirumah sakit selama hampir dua minggu untuk memulihkan kembali kondisi tubunya.

Setelah menutup kembali kopernya Juyeon berdiri dengan tangan yang menopang bobot tubuhnya, sakit pada bagian perutnya mulai menjalar keseluruh tubunhya.

BRAKKK!!!

Seketika tubuh Juyeon ambruk.

Bona masih mematung diatas kasurnya, tidak lama dia mebolakan matanya melihat Juyeon yang merangkak keluar kamar mandi dengan rintihan kesakitan, tangannya sesekali menekan bagian bawah tubuhnya.

Bona dengan cepat keluar dari kasur dan menghampiri Juyeon.

“Ja-jangan mendekat.!” Juyeon mengerenyitkan halisnya dengan mata tertutup merasakan nyeri yang semakin menjadi.

“Tolong Ja-jangan mendekat.” Ucapnya lirih memohon.

Bona yang khawatir hanya bisa diam ditempat. Dia memang membenci Juyeon, tapi manusia mana yang bias tinggal diam jika melihat manusia yang lainnya tersiksa merintih kesakitan.

“Sebenarnya kamu kenapa.?” Tanya Bona dengan wajah yang cemas dan bingung.

Dengan nafas tersengal Juyeon membalikkan tubuhnya menjadi terlentang berharap rasa sakitnya bisa mereda “Haahhh,,, Haahhh,,,, Se-sepertinya ada yang memberi obat perangsang didalam makanan tadi.” Ucap Juyeon tersengal-sengal.

Mata Bona berkedip beberapa kali ‘Apa serbuk itu....’ Pikir Bona. Tapi apa para orang tua itu sampai hati memeberi hal semacam ‘itu’ kepada putra purti mereka.

PROMISE (Eunseo-Bona "EunBo")Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang