26

203 31 34
                                    

Juyeon dan Bona kini sedang berada didalam salah satu kamar Hotel George, setelah melaksanakan sumpah pernikahan dan pembaktisan mereka berdua dengan para orang tua langsung menuju Hotel George untuk sedikit beristirahat menunggu malam tiba dan melaksanakan resepsi pernihakan yang sudah dijadwalkan oleh para orang tua.

Dengan berat hati Bona merima kenyataan bahwa saat ini dia adalah bagian dari keluarga Son. Matanya tidak henti-henti menatap tajam kearah Juyeon yang sedang berbaring diatas sofa, sedari awal masuk kamar hotel pria itu langsung menghempaskan tubuhnya keatas sofa dan memejamkan matanya.

Didalam hatinya Bona menepis segala fakta bahwa pria yang sangat dia benci itu kini berstatus sebagai Suaminya.

Dengan enggan Bona berdiri dari duduknya dan menghampiri Juyeon.

“Juyeon.!” Ketus Bona memanggil pria yang sedang memejamkan mata.

Juyeon membuka matanya, menatap wajah ketus tapi tetap terlihat sangat cantik dimatanya “Kenapa sayang.? Apa kamu membutuhkan sesuatu.?” Tanya Juyeon sedikit tersenyum menertawakan ucapannya.

Bona memutar matanya, jujur saja didalam lubuk hatinya Bona sangat malas berhadapan dengan makhluk yang ada dihadapannya.

“Ck... Tanda tangani ini.!” Dengan sedikit kasar Bona melemparkan beberapa lembar kertas kearah perut Juyeon.

Halis Juyeon mengerut menerima kertas itu, dia bengkit dari tidurnya dan mendudukkan dirinya “Apa ini.?” Tanyanya.

“Baca saja dan segera tanda tangani.! Aku tidak tertarik dengan ini semua.” Tanpa menatap wajah bingung Juyeon, Bona berbalik dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

Dengan teliti Juyeon membaca kata per kata yang tertulis dikertas itu.

Kertas yang tertulis “SURAT PERJANJIAN PERNIKAH” yang melibatkan Bona sebagai pihak pertama dan Juyeon sebagai pihak kedua itu menampakkan empat poin yang Bona buat.

Poin pertama dalam perjanjian itu menyatakan bahwa tidak adanya hubungan ‘suami istri’ selama pernihakan berlangsung. Jika pun ada kontak fisik, maka itu harus sewajarnya dan tidak berlebihan. Dalam kata lain mereka berdua terbebas dari hak dan kewajiban masing-masing sebagai suami dan istri.

Isi poin kedua menyatakan baik Juyeon maupun Bona tidak boleh mencampuri urusan peribadi satu sama lain.

Poin ketiga, bersikap seperti sepasang Suami Istri jika sedang berkontak dengan keluarga dan orang-orang yang mengetahui pernikahan yang telah dilakukan antara Juyeon dan Bona, tanpa melupakan Poin 1, dan 2.

Dan poin keempat, perjanjian ini akan berlaku hingga adanya kesepakatan bersama untuk mengmabil langkah “PERCERAIAN”, atau salah satu pihak yang mengajukan "PERCERAIAN" dengan syarat bahwa pihak tersebut menerima seluruh konsekuensi dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.

Juyeon terbelalak membaca keseluruhan Poin perjanjian yang sudah Bona buat, lengkap dengan tanda tangan dan cap Bona. Dia memijit pelipisnya, tiba-tiba kepalanya sakit.

Apa yang harus aku lakukan.?’ Lirinya dalam hati.

Tidak lama, Bona keluar dari kamar mandi dengan wajah menyegarkan.

“Sudah kamu tandatangani.?” Ketus Bona menghampiri Juyeon yang masih terduduk dengan tangan yang memijit kepalanya.

“Ck, cepat tanda tangani.! Dan urusan kita tidak lebih dari apa yang ada didalam perjanjian itu.!” Lanjut Bona menatap kertas yang masih Juyeon pegang.

Juyeon mendongak menatap Bona “Aku tidak keberatan dengan Poin pertama. Jikapun melakukannya, bukankah itu harus berdasarkan mau pada mau. Tapi untuk poin kedua, aku tidak bisa 100% membebaskanmu melakukan semua yang kamu mau, bagaimanapun sekarang peranmu adalah sebagai Istriku.”

PROMISE (Eunseo-Bona "EunBo")Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang