25

217 33 44
                                    

"Bagaimana pertemuannya.? lancar.?" Tanya Kangjoon yang sudah sampai rumah terlebih dahulu.

Juyeon mengangguk menjawab dan merebahkan tubuhnya diatas sofa tepat didepan Kangjoon.

"Apa semelelahkan itu.?" Kangjoon yang melihat wajah terpejam Juyeon dengan helaan nafas yang sesekali terdengar.

Juyeon mengusap wajahnya dan beranjak duduk "Tidak, aku hanya sedikit heran dengan cara kerja Tuhan." Ucap Juyeon membuat Kangjoon terheran.

"Apa ada yang salah.? Wanita yang Papah pilihkan tidak sesuai dengan apa yang kamu bayangkan.? Apa dia tidak baik.? Atau bagaimana.?" Tanya Kangjoon merasa penasaran dengan sosok calon istri dari adiknya itu.

Juyeon kembali menggeleng, dengan senyumnya dia menatap Kangjoon "Papah adalah orang yang paling mengerti diriku Hyung, jadi pilihan Papah tidak mungkin salah." Jawab Juyeon santai.

"Bagus jika seperti itu. Jadi, siapa dan dari keluarga mana calon istrimu itu.?"

Belum sempat Juyeon menjawab pertanyaan Kangjoon, Tuan Son menepuk bahu Juyeon dan ikut duduk di sofa itu "Terima kasih nak, kamu sudah membuat Papah menepati janji Papah." Tuan Son merangkul bahu lebar Putranya.

Nafas Kangjoon seketika tercekat setelah mendengar penuturan Tuan Son, dia sangat tau dengan apa yang sedang dibicarakan Papahnya dengan adiknya itu.

"Apa Papah puas menjadikan aku seseorang yang terlihat bodoh.?" Gurau Juyeon.

"Papah hanya menepati janji Papah, jika kamu mendapatkannya terlebih dahulu. Itu artinya Papah tidak perlu bekerja keras untuk menepati janji Papah."

"Ishhhh." Cibir Juyeon.

Dengan senyum yang terulas, Kangjoon menatap interaksi Papah dan juga Adiknya itu.


FLASH BACK ON

Tinnn Tinnn

Suara klakson mobil menghentikan perbincangan yang dilakukan oleh dua anak yang sedang terduduk salah satu bangku taman.

Sudah menjadi kebiasaan bagi orang tua dari kedua anak itu untuk menjemput mereka di taman itu.

"Bona, Paman. Papahku sudah datang." Ucap Eunseo menggendong tas dan merapihkan seragamnya.

Dengan senyumnya Bona mengangguk "Pulanglah. Awas jika kamu lupa dengan janjimu." Peringat Bona.

"Aku tidak akan lupa, besok akan aku bawakan cemilan yang BUANYAAKKK." Eunseo merentangkan dan membuat lingkaran besar dengan tangannya.

Bona terkekeh melihat kelakuan Eunseo.

"Aku duluan ya. Sampai jumpa besok." Pamit Eunseo mengelus pucuk kepala Bona, lalu dia mendongak menatap Tuan Kim yang sedang melihat perlakuannya kepada sahabatnya itu "Paman, aku pamit." Eunseo membungkuk memberi salam.

"Hati-hati, sampaikan salam paman kepada Papahmu itu." Ucap Tuan Kim, walaupun dia tidak tau siapa sosok Papah dari Eunseo.

Dia senantiasa menitipkan salam kepadanya, sekedar berterima kasih karena sudah mengizinkan Eunseo untuk menemani dan menjaga Putrinya ketika dia tidak dapat menjemputnya tepat waktu.

Eunseo tersenyum mengangguk menyanggupi permintaan Tuan Kim, dengan riang dia berbalik dan berlari kecil menuju mobil Tuan Son.

"Sebegitu bahagiakah kamu nak.?' Tanya Tuan Son melihat senyum Eunseo yang belum juga luntur.

"Hey,,, Papah bertanya. Apa seperti itu sopan.?" Tuan Son sedikit kesal. Bagaimana tidak, sedari Eunseo masuk mobil, Putranya itu terus saja melihat kearah luar jendela dan sama sekali tidak menyapanya.

PROMISE (Eunseo-Bona "EunBo")Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang