Chapter 2

673 69 9
                                    

Pagi ini cerah. Secerah senyum manis seorang Jivanka. Membuat Jivanka senang sebenarnya cukup sederhana, hanya mengatakan 'Ke cafe nya Iyan yuk, kita makan cheesecake sepuasnya', si manis itu segera bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi, dan tidak membutuhkan waktu lama, dia keluar dengan wanginya yang khas.

Jivanka bahkan menurut saat Rino menyuruhnya menghabiskan sarapan, biasanya Jivan seringkali menyisakan beberapa potong sayuran. Suasana hatinya sedang baik, jadi dia tidak banyak merengek hari ini.

Ada hal lain yang membuat harinya sangat cerah, pagi tadi, sebuah sapaan selamat pagi yang unik dia dapatkan dari Rino saat terbangun dari tidur lelapnya.

"Selamat pagi Jivanka, nama kamu Jivanka Aryasetya Dewa, ah bukan, sekarang udah berganti jadi Jivanka Gunabaratha, karena kamu sudah menikah dengan kakak, Adrino Gunabaratha. Umur kamu sekarang 28 tahun, kita sudah menikah sekitar 4 bulan yang lalu...."

Rino terus mengoceh. Jivan cukup bingung, Rino seolah mendeskripsikan semuanya. Ketika dia bertanya, Rino hanya menjawab kalau itu ucapan selamat pagi versi baru buatannya. Bagi Jivan itu unik dan lucu, dan dia menyukainya.

Sebenarnya bukan, Rino sendiri melakukan itu dengan tujuan untuk mengingatkan Jivan, kalau suatu hari nanti dia lupa. Lupa siapa dirinya, lupa siapa Rino, lupa siapa keluarga dan teman-temannya. Rino juga tidak tahu apakah hal itu benar akan terjadi atau tidak, tentu saja dia berharap itu tidak akan pernah terjadi.

Hari ini bukan tanpa alasan dia mengajak Jivan ke cafe milik Jeyan, Jeyan mengatakan dia punya menu baru, dan ingin Jivan mencicipinya. Selera Jivan dengan makanan manis sangat bagus. Rino tidak mengatakan pada Jivan tentang permintaan Jeyan, dia ingin memberi sedikit kejutan pada Jivan.

Jeyan menyambut kedatangan mereka. Dia sudah berdiri di depan pintu cafe saat mobil milik Rino sampai disana. Jivan melambaikan tangannya, Jeyan membalasnya. Mereka seperti sahabat yang sudah lama tidak bertemu, padahal baru beberapa hari yang lalu Jivan mampir ke cafe. Tentu saja, semua orang sangat senang bertemu dengan Jivan, bahkan kalau perlu hidup satu atap dan berlama-lama bersama Jivan.

Jivan membuka pintu mobil, tapi ketika dia akan turun dari mobil, dia mengalami kesulitan.

"Ugh, susah banget."

Rino mendengar keluhan Jivan di sampingnya. Sejenak dia terdiam, Jivanka-nya lupa lagi. Jivan lupa kalau dia belum melepaskan sabuk pengaman.

"Hey, sayang, Jivanka, dengerin kakak."

Jivan yang sebelumnya memaksakan diri untuk keluar dari mobil, akhirnya kembali diam di tempat duduknya.

"Sabuk pengamannya belum dilepas."

Rino mengarahkan tangannya untuk melepas sabuk pengaman pada tubuh Jivan. Sementara Jivan hanya menatap Rino dalam diam. Jadi, dia lupa lagi ya.

"Kenapa?"

"Hm?"

"Kenapa aku bisa lupa?"

"Gak apa-apa, itu karena kamu terlalu bersemangat untuk ketemu Iyan. Nah, sekarang udah lepas, kamu bisa keluar, tuh Iyan udah nunggu kamu."

Rino merapikan poni Jivan yang sedikit berantakan, kemudian memberi kecupan singkat di dahinya. Jivan tersenyum dan dia segera turun dari mobil menghampiri Jeyan.

.

.

.

Jeyan selalu punya tempat khusus untuk teman-temannya. Di lantai dua cafe miliknya, itu lah tempat khusus yang dia sediakan. Dan disinilah Jivan dan Rino duduk sambil menyantap cheesecake kesukaan Jivan, lebih tepatnya hanya Jivan yang makan, sementara Rino hanya memesan americano.

LIMBOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang